Jakarta, Gatra.com - Direktur Eksekutif Lembaga Survey Indonesia (LSI) Djayadi Hanan mengatakan bahwa ada dua hal besar yang menyebabkan politik uang marak di Indonesia. Pertama, politisi tidak punya gagasan yang cukup baik sehingga gagasan itu tidak laku di masyarakat tanpa uang.
"Dan biasanya itu lahir dari kemalasan. Kemalasan untuk berjuang terus menerus. Menjadi politisi yang berintegritas itu capek mendingan tebar uang," kata Djayadi pada gelaran diskusi publik soal politisi muda di Jakarta, Rabu (27/11).
Gagasan, sambungnya, masih kalah jika dibandingkan dengan uang. Padahal, menurut data LSI pada tahun 2019, ada 35% pemilih yang mengaku bahwa mereka memilih partai karena dua hal: program dan memperjuangkan rakyat kecil.
"Artinya, pasar untuk politik gagasan itu paling tidak ada 35%. Masalahnya kita punya gagasan yang match atau tidak dengan itu. Saya berharap politisi muda bisa mencoba mencari gagasan-gagasan tersebut," tambah Djayadi.
Selain itu, alasan yang kedua mengapa olitik uang marak di Indonesia ialah oligarki partai. Menurut Djayadi, ada desentralisasi masif di Indonesia tapi sekaligus ada sentralisasi di internal partai. Padahal partai politik merupakan center of political recruitment di Indonesia.
"Jika Anda mau masuk ke jabatan-jabatan politik atau yang terkait dengan politik pasti harus melewati partai politik. Sementara di partai politik masih menjadi oligarki politik," ucapnya.