Banjarnegara, Gatra.com - Seorang guru di SMK HKTI Purwareja, Klampok, Banjarnegara mengajari siswa dengan cara unik, yakni sulap dan standup comedy. Ia adalah guru farmasi SMK HKTI, Yoga Bagus Wicaksana.
Nyaris di tiap kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya, ia selalu menyisipkan sulap atau standup. Kerap kali, suasana yang lesu pun berubah menjadi ceria. Siswa kembali berkonsentrasi.
Menurut Bagus, proses transfer ilmu antara guru dan murid memang cenderung membosankan. Bahkan, ada pula yang berpendapat, tanpa keseriusan tingkat tinggi, pelajaran tak akan diterima dengan baik oleh siswa.
Di titik ini, Bagus hendak membongkar paradigma pedagogi yang kadung diyakini. Bagi dia, serius tak mesti murung. Keseriusan bisa dibalut dengan hiburan, bahkan canda. Tujuan akhirnya tentu agar siswa lebih antusias saat mengikuti pelajaran.
Karenanya, ia memilih sulap dan teknik standup comedy dalam proses belajar mengajar di sekolahnya. Lulusan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) ini sejak 2015 ingin membuat ruang kelas pernuh warna.
“Siswa Farmasi memiliki kecenderungan tingkat stress yang tinggi. Jadi, harus ada terobosan, maka saya memilih memberikan penyegaran dengan teknik-teknik sulap, yang saya hubungkan dengan materi pelajaran," katanya.
Bagus memilih metode sulap dan standup comedy sebagai media mengajar lantaran kedua jenis hiburan ini banyak digandrungi remaja di Indonesia. Lewat metode ini, ia pun merasa lebih dekat dengan siswa.
“Sehingga antusiasme belajar mereka dapat meningkat khususnya pada mata pelajaran yang saya ampu,” ujarnya.
Dia pun tengah berusaha mengubah kesan siswa yang menyatakan bahwa guru Jurusan Farmasi saklek dan killer. Dalam waktu singkat, ia pun menjadi favorit siswa. “Dengan metode ini saya merasa seolah menjadi guru yang dicintai muridnya, sebab selama ini guru Farmasi selalu dianggap killer dan saklek," ucapnya.
Meski begitu, sulap atau stand up comedy ini tak tiap hari dilakukan. Ia mencari waktu yang tepat. Saat anak didiknya mulai jenuh, maka di situ lah ia tampil. Ia pun tak perlu repot mengenakan kostum lucu atau menggunakan atribut aneh-aneh. Pakaian yang dikenakan umumnya baju dinas guru.
“Kalau sulap bisa satu minggu sekali, bisa dua minggu sekali, tergantung mood anak-anak. Kalau stand up, hampir di setiap saya mengajar," ujarnya.
Metode yang dikembangkan Yoga pun rupanya memperoleh dukungan Kepala SMK HKTI Purwareja Klampok, Nanang Kosim. Menurut dia, metode yang dilakukan Yoga kreatif dan kekinian.
Tak sebatas mendukung, sekolah pun ternyata mengalokasikan anggaran untuk peralatan sulap. Anggarannya memang bukan khusus sulap, melainkan dana ekstarkurikuler teater.
Bagus berhasil memanfaatkan properti ekstrakurikuler teater tersebut sehingga tak membebani keuanganan sekolah. Selain mengajar farmasi, Bagus adalah pembimbing teater SMK HKTI Purwareja Klampok.
"Selama baik dan positif kami sangat mendukungnya. Kami juga melihat anak-anak semakin fokus, pembelajaran tidak monoton dan membosankan," kata Nanang.