Manila, Gatra.com -- Seorang legislator Filipina mengatakan pada Selasa,26/11, bahwa dia telah meminta senat untuk menyelidiki tentang ancaman Cina yang bisa mematikan pasokan listrik negara itu. Sebuah perusahaan Cina memiliki saham besar di National Grid Corporation Filipina, yang telah mengoperasikan fasilitas transmisi daya sejak 2009. Senator oposisi Risa Hontiveros, menyerukan penyelidikan senat, menuduh ada laporan insinyur Cina secara ilegal dan pemerintah Filipina tidak lagi memiliki akses ke mereka.
Kedua negara memiliki saingan klaim pada perairan dan pulau-pulau Laut Cina Selatan yang strategis dan kaya sumber daya, meskipun Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah menempatkan perselisihan di backburner dalam mendukung pacaran perdagangan, bantuan dan investasi Cina. "Kita perlu mengetahui dengan pasti apakah sistem energi dan infrastruktur kita sepenuhnya tetap berada di bawah kendali Filipina, dan jika kita telah menerapkan pengamanan teknis yang diperlukan untuk mencegah campur tangan asing dalam atau sabotase jaringan listrik nasional kita," kata Hontiveros dalam sebuah pernyataan pada AFP.
Dia mengatakan merekrut insinyur Cina akan melanggar konstitusi, yang mengharuskan pejabat eksekutif dan pengelola utilitas publik menjadi warga negara Filipina. State Grid Corporation of China memiliki 40 persen saham di jaringan nasional Filipina, yang memiliki waralaba 25 tahun untuk mengoperasikan dan mengelola fasilitas transmisi daya dari National Transmission Corporation (Transco).
Hontiveros menceritkan presiden Transco mengatakan kepada senat pada sidang minggu lalu bahwa "adalah kemungkinan bagi pihak ketiga yang bermusuhan, seperti Cina untuk menonaktifkan jaringan listrik negara itu dari jarak jauh".
Juru bicara kementerian luar negeri China Geng Shuang mengatakan di Beijing pada Jumat bahwa ia "tidak mengetahui situasi" ketika ditanya tentang ancaman keamanan ke Manila yang ditimbulkan saham China dalam monopoli transmisi Filipina. "Apa yang bisa saya katakan adalah bahwa di bawah bimbingan politik para pemimpin kita, hubungan China-Filipina telah berbalik dan membaik, dengan kemajuan yang stabil terlihat dalam pertukaran dan kerja sama lintas dewan," tambah Geng.
Juru bicara dari National Grid maupun Transco tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar pada Selasa. Terlepas dari keterlibatan dalam sektor listrik Filipina, pemerintah Duterte baru-baru ini memberikan konsorsium telekomunikasi yang mencakup China Telecom waralaba untuk mengoperasikan perusahaan telekomunikasi ketiga di negara itu.
Mereka juga memberikan kontrak kepada perusahaan Cina lain untuk membangun bendungan yang akan meningkatkan pasokan air ke Manila, yang didanai oleh pinjaman konsesi US$211 juta dari Cina.