Jakarta, Gatra.com - Lima instansi perbankan resmi bergabung dengan Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Indonesia (IKBI) untuk meningkatkan pengembangan keuangan berkelanjutan. Terutama memperhatikan aspek sosial dan lingkungan atau green financing di Indonesia. Kelima instansi perbankan tersebut antara lain Bank Syariah Mandiri, HSBC Indonesia, CIMB Niaga, OCBC NISP Indonesia, dan Maybank Indonesia.
"Kami mengapresiasi bergabungnya lima bank lainnya yaitu CIMB Niaga, OCBC NISP, Maybank Indonesia, HSBC, dan Bank Syariah Mandiri. Ini karena mereka bersama kita yang sebelumnya sudah bergabung terlebih dulu. [Kita membahas] bagaimana kita memitigasi risiko lingkungan dan tata kelola portoflio, beralih ke portofolio yang rendah karbon," ujar Kepala Divisi Transaction Banking BRI, yang dalam hal ini juga merupakan ketua IKBI, Kristina Lestari Ningsih, di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (26/11).
Lebih lanjut, Kristina menuturkan, bergabungnya lima bank tersebut diharapkan lebih meningkatkan peran perbankan. Khususnya untuk menjaga kelestarian lingkungan dari sektor keuangan. Selain itu, ia juga berharap, kelima bank dapat mendorong nasabahnya untuk melakukan transformasi praktik berkelanjutan.
Sementara itu, Direktur Keuangan dan Administrasi WWF Indonesia, Aria Nagasastra mengatakan, green financing adalah sistem kelola keuangan, berkaitan dengan perubahan iklim. Sebab, green financing adalah tata kelola keuangan yang berfokus pada mitigasi lingkungan.
"Perubahan iklim akibat pemanasan global memengaruhi sisi permintaan dan penawaran jasa maupun barang. Pada gilirannya membawa dampak terbadap perekonomian. Bank Indonesia telah merespon kondisi tersebut bergabung bersama bank 43 bank sentral dan otoritas pengawas jasa keuangan global dalam network for greening the financial system," ucap Aria.
Aria menambahkan, tanpa melakukan green financing, sebuah negara dapat mengalami penurunan pendapatan per kapita (PDB). Tidak hanya itu, menurut studi penelitian akademis dan scientific yang telah dilakukan WWF, PDB global dapat turun hingga 1% akibat perubahan iklim yang ekstrem.
"Hal buruk yang mungkin terjadi adalah pendapatan perkapita negara dapat turun hingga 20%," imbuh dia.