Semarang, Gatra.com - Belum banyak perguruan tinggi yang memiliki program studi (prodi) vokasi karena terkendala persyaratan tidak mudah dan mahal.
Padahal peluang kerja lulusan vokasi lebih besar karena mereka telah siap bekerja dibandingkan lulusan program studi non-vokasi.
Menurut Wakil Rektor I Universitas PGRI Semarang (Upgris) Sri Suciati, persyaratan untuk mendirikan prodi vokasi cukup berat.
“Persyaratannya antara lain harus memiliki lima dosen tetap S2 yang linier. Ini tidak mudah bagi perguruan tinggi swasta,” katanya kepada Gatra.com di ruang kerjanya kampus Upgris, Selasa (26/11).
Persyaratan lainnya, lanjut Suci panggilan Sri Suciati, memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk tempat praktik mahasiswa.
Pengadaan sarana dan prasarana juga membutuhkan biaya besar karena harga alat-alat untuk kegiatan praktik cukup mahal.
“Meski sarana dan prasana membutuhkan dana besar, masih dipenuhi, tapi untuk memiliki lima dosen tetap S2 yang linier tidak mudah,” ujarnya.
Melihat kebutuhan pasar yang potensial terhadap pendidikan vokasi, lanjut Suci, Upgris akan membuka prodi vokasi guru teknik dan kepariwisataan.
“Rencana pembukaan prodi vokasi telah tertuang dalam rencana kerja strategis (renstra) 2020-2025,” ucap perempuan berhijab tanpa menyebutkan waktunya.
Sementara, pengamat pendidikan dari Universitas IKIP Veteran (Ivet) Semarang, Prof. Dr. Rustono, perguruan tinggi perlu membuka program studi vokasi untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tingkat tingkat sarjana.
“Persyaratan pendirian prodi vokasi di perguruan tinggi perlu dipermudah agar dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja sarjana,” ujar dia.
Lulusan pendidikan vokasi yang sudah mendapatkan keterampilan dan siap bekerja , lanjut Rustono, dibutuhkan industri.
“Perguruan tinggi yang membuka prodi vokasi masih sedikit dibandingkan prodi umum,” kata dia.