Tokyo, Gatra.com - Paus Fransiskus melakukan kunjungan ke Jepang selama empat hari sejak 23 November 2019. Dalam kunjungannya itu, Paus mendatangi beberapa tempat dan berbicara banyak hal kepada publik.
Hari pertama, Paus mendatangi Kantor Roma di Tokyo dan berbicara tentang penghapusan senjata nuklir. Perlucutan senjata nuklir memang menjadi tema utama perjalanan pemimpin tertinggi umat Gereja Katolik Roma itu saat ke Jepang.
Baca Juga: UGM Hadirkan Purwarupa Baterai Nuklir Thorium
Negara tersebut tidak hanya dihantui oleh ingatan akan dua serangan yang mengakhiri Perang Dunia Kedua, tetapi juga diwaspadai oleh program nuklir dan uji coba rudal Korea Utara di dekatnya.
Pada hari kedua kunjungannya, Paus menemui orang-orang yang selamat dari pemboman atom Nagasaki dan Hiroshima serta bencana nuklir Fukushima 11 Maret 2011. Dalam momen tersebut, Paus merangkul seorang remaja yang terpaksa meninggalkan rumahnya karena radiasi.
Hari ketiga, Paus menemui orang-orang yang menjadi korban bencana Tsunami Jepang yang terjadi pada 11 Maret 2011. Dalam kesempatan yang sama, dia juga bertemu Kaisar Jepang Naruhiro.
Baca Juga: Indonesia Belum Olah Zirkon Jadi Penahan Reaktor Nuklir
Di hari terakhir kunjungannya, Selasa (26/11), Paus mendatangi salah satu perguruan tinggi Katolik di Tokyo, yaitu Universitas Sophia. Di sini, Paus berbicara kepada anak-anak muda Jepang untuk menjaga bumi dan menunjukkan belas kasih yang lebih besar.
Tak hanya itu, Paus juga berupaya mengatasi rasa keterasingan yang tumbuh di Jepang terlepas dari kekayaannya. Dia menyoroti kasus penindasan yang merebak di sekolah-sekolah Jepang.
"Semakin banyak kita melihat bahwa seseorang, komunitas, atau bahkan seluruh masyarakat dapat sangat berkembang di luar, tetapi memiliki kehidupan interior yang miskin dan kurang berkembang, kurang kehidupan nyata, dan vitalitas," katanya seperti dikutip Reuters, Selasa (26/11).