Jakarta, Gatra.com - Memperingati Hari Antikekerasan terhadap Perempuan Internasional pada 25 November 2019, pendiri komunitas #SaveJanda, Mutiara Proehoeman, menilai bahwa masyarakat maupun media masih berpandangan negatif terhadap janda. Hal tersebut menurutnya bentuk kekerasan verbal bukan hanya untuk wanita berstatus janda melainkan seluruh kaum perempuan.
Mendengar kata janda, lanjut dia, masyarakat kerapkali mengartikannya sebagai sesuatu yang negatif. Ketika seorang perempuan berstatus janda, maka masyarakat akan menstigmakan janda sebagai sosok yang perlu dikasihani, orang yang kesepian, bahkan dilecehkan.
"Kadang dipekerjakan karena statusnya bukan karena kompetensinya dia dalam bidangnya," kata dia saat dihubungi Gatra.com, Senin (25/11).
Kemudian, Mutiara pun menyampaikan bahwa stigma tersebut diperparah oleh judul-judul berita di media massa yang memakai kata "Janda" hanya sebagai click bait atau bahan jualan saja. "Nah, itu sebenarnya kita agak protes ya karena wah emang kita barang?"
Dari hal tersebut, dia juga mendapat aduan bahwa berita yang menggunakan kata "Janda" tidak sesuai dengan isi beritanya.
"Banyak input yang datang ke saya bahwa judul tidak sesuai dengan isinya. Jadi tajuknya itu terlalu melebih-lebihkan, yang mengakibatkan memperburuk label janda di masyarakat," ujarnya.
Untuk itu, dia memohon bahwa boleh saja media menggunakan kata "Janda" pada judul beritanya, namun mesti sesuai dengan berita yang disampaikan, bukan hanya dijadikan sebagai click bait saja.
"Maksudnya dalam arti boleh-boleh saja, sah-sah saja tapi please jangan pakai kata janda untuk click bait saja," ugkapnya.
Reporter: ARH