Jakarta, Gatra.com – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyelenggarakan upacara memperingati Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2019. Peringatan Hari Guru tersebut juga bertepatan dangen peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ke-74. Penyelenggaraan ini juga mengusung tema “Guru Penggerak Indonesia Maju”.
Hadir pula beberapa tokoh negara yang mempunyai sumbangsih dalam dunia pendidikan Indonesia, di antarany Mendikbud era 1993-1998, Wardiman Djojonegoro, Mendikbud Periode 2004-2009 Bambang Soedibyo, Wamendikbud Periode 2011-2014 Musliar Kasim, Weindu Nuryanti, dan Mendikbud Periode 2015-2019 sekaligus Menko PMK saat ini Muhadjir Effendy.
Dalam pidatonya, Mendikbud Nadiem mengaku tidak akan membuat janji-janji kosong kepada para guru. Nadiem ingin berbicara apa adanya, dengan hati yang tulus, kepada semua guru di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.
“Guru Indonesia yang tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus yang tersulit. Perubahan adalah hal yang sulit dan penuh dengan ketidaknyamanan. Satu hal yang pasti, saya akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia. Namun, perubahan tidak dapat dimulai dari atas. Semuanya berawal dan berakhir dari guru. Jangan menunggu aba-aba, jangan menunggu perintah. Ambil langkah pertama,” kata Nadiem di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Senin (25/11).
Sementara itu, Sekertaris Ditjen Guru dan Tenaga Pendidik (Sesditjen GTK) M.Q. Wisnu Aji mengatakan bahwa guru berperan besar sebagai agen purbahan. Sebagai agen perubahan, tentunya peran guru di kelas dalam melakukan pembelajaran tidak bisa digantikan oleh apapun bahkan oleh teknologi sekalipun.
“Peran guru tidak bisa digantikan oleh apapun, bahkan oleh teknologi. Karena guru punya sentuhan rasa, afektif, kasih sayang yang bisa diampaikan ke muridnya. Itu yang tidak tergantikan," ujarnya.
Menurut Wisnu, melalui pidato yang disampaikan Mendikbud Nadiem pada saat Upacara Hari Guru Nasional, ada semangat bahwa guru akan lebih diberi kebebasan berinovasi dalam segi pembelajaran kepada muridnya.
“Intinya, guru akan diberi kebebasan dalam berinovasi dan juga semua permasalahan administrasi akan disimplifikasi. Itu intinya. Juga ada kebebasan untuk berkreasi,” jelas Wisnu.