Jakarta, Gatra.com - Ketua MPR, Bambang Soesatyo atau Bamsoet disebut bakal dicopot dari jabatannya karena menjadi kandidat Calon Ketua Umum Partai Golkar dalam Musyawarah Nasional (Munas) yang akan digelar pada 3 Desember 2019 mendatang. Bamsoet sendiri sebelumnya mengaku sudah mengkalkulasikan segala kemungkinan itu.
Menanggapi hal itu, Ketua DPD Sumatera Utara Golkar, Ahmad Doli Kurnia membantah wacana pencopotan itu. Menurut dia, hal itu terlalu kekanak-kanakan.
"Saya kira jauh lah mau mencopotnya. Kan ada mekanismenya, kemudian ya jangan kekanak-kanakan dibalas dengan kekanak-kanakan," kata dia saat ditemui di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (25/1).
Baca juga: Pendukung Airlangga Minta Bamsoet Gentleman
Doli menambahkan, Ketum Golkar yang juga calon petahana, Airlangga Hartarto tetap memberi lampu hijau kepada Bamsoet untuk memegang kursi jabatan itu. Sebab jika tidak direstui, sejak awal pasti Airlangga sudah tidak mendukung Bamsoet menjadi Ketua MPR.
Padahal, menurut UU MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3) dan pembahasan dalam Badan Legislasi (Baleg), mekanisme pencopotan jabatan pimpinan MPR hanya membutuhkan Surat Keterangan (SK) dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) partai yang bersangkutan yang sudah dibubuhi tandatangan Ketum dan Sekjen partai. Namun, Doli berdalih bahwa hal itu tidak dilakukan Airlangga semata-mata karena kebaikannya.
"Itulah bedanya Pak Airlangga dengan Pak Bambang Soesatyo. Airlangga itu sekali komit, ya komit. Kalau Pak Bambang tidak," sindir dia.
Ketua Komisi II DPR itu menyebut, awalnya mayoritas suara Golkar justru tak sepakat jika Bamsoet menjadi Ketua MPR. Namun, Airlangga tetap mendukung Bamsoet memegang jabatan itu dengan tujuan menjaga soliditas Golkar agar kondisi politik negara tetap stabil.
"Akhirnya ya kita berbagi. Pak Airlangga berbagi memberikan keihklasan terhadap itu," ujar dia.
Adapun alasan dia yang menyebut Bamsoet tidak komitmen karena bekas Ketua DPR itu membuat skenario seakan-akan ia mendukung Airlangga untuk merebut kursi Golkar 1. Namun, Bamsoet dinilai membelot.
"Jadi saya udah duga sejak awal begitu. Dia menyatakan kemarin mendukung Pak Airlangga ketika dapat Ketua MPR, kemudian, ya, diciptakan gimik, akal-akalan waktu itu nggak ada pernyataan 'saya mundur' (saat menyalonkan Ketum Golkar), segala macam. Nah itu aja sudah mengindikasikan, pada akhirnya tetap mau maju dan melanggar komitmen," tandas dia.