Jakarta, Gatra.com- Asosiasi Guru dan Bahasa Seluruh Indonesia (AGBSI) mengumumkan pemenang lomba kritis sastra yang berhak menerima hadiah total Rp 112,5 juta. Pemenang lomba diumumkan lewat website AGBSI dan juga Facebook Kritik Sastra Buku Karya Denny JA.
“Ini lomba kritik sastra pertama di Indonesia yang menggunakan video blogging atau vlog,” ujar Ketua AGBSI Jajang Priatna dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (25/11).
Para pemenang dari kategori siswa SMA dan kategori guru Bahasa Indonesia itu merupakan hasil seleksi tim juri yang terdiri atas Agus Sarjono, Jamal D Rahman, Narudin, Tatang Abduah, dan Joni Anadinata pada 20 November 2019 lalu.
Ada pemenang 1-3 dan 22 pemenang harapan. Untuk lomba esai, ada pemenang 1-3 dan 10 pemenang harapan. Menurut Jajang, anak- anak SMA di zaman sekarang mulai beralih mengekspresikan opini dari teks menuju vlog.
Dikatakan, lomba itu memang terbuka untuk umum, terutama guru sastra dan bahasa di seluruh Indonesia untuk menuliskan esai. Sementara bagi anak-anak SMA, juga dari seluruh Indonesia, mengekspresikannya melalui vlog. Adapun yang dikritik adalah salah satu dari empat buku puisi esai karya Denny JA berjudul: Atas Nama Cinta, Roti untuk Hati, Jiwa yang Berzikir, dan Kutunggu di Setiap Kamisan.
Menurut dia, para guru dan siswa umumnya menyambut baik muncul genre sastra puisi esai yang dipelopori Denny JA. Selain bahasa puisinya mudah, dengan hadirnya catatan kaki, membuat guru atau siswa mudah menyusuri sumber berita.
Puisi esai mengawinkan fakta dan fiksi menjadi satu kesatuan. Lomba kritik sastra juga dianggap menjadi stimulasi bagi guru dan siswa lebih aktif mengapresiasi karya sastra. Lomba kritik sastra seperti itu sudah lama absen di ruang publik kita.
Denny JA mengaku tidak menduga jika genre puisi esai berkembang sepesat itu. Selain menjadi lomba kritik sastra yang diorganisir oleh asosiasi guru sastra dan bahasa, puisi esai juga menjadi ekspresi diplomasi 10 penyair Indonesia dan Malaysia menggambarkan hubungan dua negara. Bahkan, kini tengah disiapkan naskah 35 film masing-masing berdurasi 50 menit, yang semuanya berdasarkan puisi esai soal local wisdom dari Aceh hingga Papua.
Denny menilai, vlog memang akan menjadi medium utama ekspresi opini anak anak milineal. Zaman audio visual pelan pelan menggantikan zaman yang bertumpu pada teks.