Batanghari, Gatra.com - Pihak PT Aneka Bumi Pratama (ABP) menampik cairan hitam mengapung pasca kebakaran gudang ekspor yang masuk keramba ikan milik warga Desa Kubu Kandang, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari, Jambi bukan berasal dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
"Bukan limbah IPAL. Itu sisa residu dari karet yang terbakar, memang warnanya hitam. Jadi kebetulan di areal gudang ekspor ada talang air hujan untuk mengalir ke Sungai. Kemudian terbuang ke aliran Sungai Batanghari. Jadi itu sama sekali bukan dari IPAL," kata Staf Health Safety and Environment PT ABP, Dian Ariansyah dikonfirmasi Gatra.com, Jumat (22/11).
Sejak api padam hingga hari ini, kata Ariansyah, petugas terus berusaha agar residu karet jangan sampai jatuh ke air Sungai Batanghari. Langkah pencegahan dan pembersihan dilakukan dengan memasang pembatas.
"Eksen yang kami lakukan adalah, semua karyawan limbah dan karyawan lingkungan sekarang posisi lagi turun menyisir aliran sungai mengambil sisa residu karet yang ada di keramba ikan milik warga hingga areal Desa Kubu Kandang," ujarnya.
Pihak perusahaan telah berkunjung ke keramba dan bertemu pemilik keramba ikan didampingi anggota Polsek Pemayung. Perusahaan telah mendata nama-nama pemilik untuk pelaksanaan ganti rugi.
"Kita juga melakukan kunjungan ke Desa Kubu Kandang bertemu Kades. Kita sudah mendatangi tiga warga yang memiliki keramba. Pertama bernama Zulkifli memiliki 10 kerambah, kedua bernama Hendri memiliki 13 keramba dan ketiga bernama Nopriyanto memiliki 30 kerambah, tapi sudah dibongkar satu, jadi 29 kerambah," ucapnya.
Semua keluhan pemilik keramba ikan terkait cairan hitam mengapung telah ditampung. Hasil temuan di lapangan, jumlah ikan mati dalam keramba masih batas normal. Begitu juga hasil wawancara polisi dengan warga, intensitas kematian ikan setiap hari selalu ada.
"Dari data yang mereka sampaikan, misalnya satu hari 50 ekor ikan mati. Degan adanya musibah kemarin meningkat menjadi 60 ekor ikan mati, ini masih dalam batas normal," ujarnya.
Menurut Ariansyah, ikan dalam keramba masih tetap hidup karena berada di bawah. Sementara kotoran residu karet berupa cairan hitam berada di atas. Kesulitan mereka hanya saat memberi pakan ikan karena pakan terapung.
"Mereka takut pada saat ikan mengejar pakan, kotoran ikut masuk dalam perut ikan. Saat ini warga pemilik keramba belum memberikan pakan ikan secara intensif. Kemudian kalau masalah kerambah terkena dampak, misalnya 10 kerambah. Dari 10 kerambah tidak semua, hanya keramba di awal aliran sungai saja. Misalnya, empat sampai lima keramba, sisanya bagus," katanya.
Kerugian lain adalah masalah jaring kerambah yang kotor dan lengket sehingga mungkin tidak bisa digunakan lagi. Perusahaan masih mencatat data dan laporan secara resmi dari desa yang diketahui Bhabinkamtibmas.
"Dari Desa Senaning ada dua warga yang memiliki keramba. Satu namanya Awi, warga Jambi. Namun bukan berasal dari desa itu. Dia cuma pemilik dan mempekerjakan orang Desa Senaning. Katanya punya 100 keramba, tapi kami belum ke lokasi. Keramba selanjutanya milik BUMDes Senaning berjumlah enam keramba," ujarnya.
Ia menegaskan, intinya cairan hitam bukan limbah berasal dari IPAL perusahaan. Dinas Lingkungan Hiduo Kabupaten Batanghari juga telah mendatangi PT ABP. Sampel cairan hitam dari Sungai Batanghari telah diambil, namun hasilnya belum diberikan.
"Sampel yang diambil Dinas LH di areal pabrik dan daerah Teluk Ketapang. Daerah Teluk Ketapang mereka turun hari Minggu dan pada hari Senin baru mereka datang kesini mengambil outlet dermaga," ujarnya.
Perusahaan sejak pagi telah menerjunkan 15 orang untuk mengambil sisa-sisa residu karet di alirang Sungai Batanghari hingga Desa Kubu Kandang. Mereka menggunakan perahu dan ada yang menggunakan perangkap menggunakan kain. Proses pembersihan residu karet akibat kebakaran sudah berlangsung selama sepekan.
"Namanya musibah kebakaran. Otomatis petugas pemadam menyiram air agar kobaran api segera padam. Kemudian, barang barang yang sudah terbakar pasti kotor. Kita sudah pasang perangkap, jangan sampai kotoran karet keluar. Tapi ada juga yang lolos dan masuk ke dalam keramba ikan masyarakat," katanya.