Semarang, Gatra.com - Bermula dari kebisingan yang sering terdengar saat berada di Bandara, tiga mahasiswa Universitas Diponegoro berhasil menciptakan alat untuk merubah kebisingan menjadi sebuah energi listrik.
Tim Mahasiswa Universitas Diponegoro yang terdiri dari Rifki Rokhanudin dari jurusan Fisika, Ragil Adi Nugroho jurusan Fisika dan Yudha Cindy Pratama jurusan Elektro berhasil membuat terobosan alat untuk mengkonversi kebisingan di Bandara menjadi energi listrik yang diberi nama Sinting (Sound Energy Harvesting).
Ketua tim Mahasiswa Undip Rifki Rokhanudin mengatakan, ide awalnya adalah adanya Kebisingan memang sangat mengganggu semua orang, terlebih kebisingan yang ditimbulkan suara mesin berfrekuensi tinggi. Seperti suara dari mesin pesawat terbang yang melanda bandara dan sekitarnya.
"Kebisingan selama ini, seperti di bandara, belum termanfaatkan dan dibiarkan begitu saja. Sehingga, perlu teknologi untuk memanfaatkan kebisingan itu menjadi sesuatu yang berguna bagi manusia" kata Rokhanudin yang akrab disapa Udin, kepada Gatra.com, Jumat (22/11).
Menurut Udin, awal mulanya ingin melakukan penelitian untuk mengikuti lomba dengan anggota berjumlah empat orang, namun di tengah jalan, satu orang tidak bisa ikutan karena kesibukanya kuliah.
"Ide ini kami wujudkan dengan membuat proposal penelitian yang diajukan ke kampus, syukur alhamdulilah, penelitian kami di setujui sehingga kami mendapatkan dana untuk membuat alat," kata Udin.
Dia mengatakan, total dana untuk meneliti hingga membuat alat Sinting berjumlah Rp7.200.00 dengan proses pembuatan selama 3 bulan lebih.
"Kami bekerjasama dengan dibawah bimbingan bapak catur sebagai dosen pembimbing" kata Udin.
Namun demikian, Udin mengaku selama penelitian dan ujicoba alat Sinting banyak mengalami kendala seperti pembuatan bahan-bahan yang harus custom terlebih dulu, literatur yang minim hingga ujicoba di bandara yang tidak diperbolehkan oleh pihak PT ANgkasa Pura.
"Namun alhamdulilah, semua kendala itu bisa kami lalui, alat bisa kami bikin sesuai dengan keinginan, dan bisa ujicoba di bandara ahmad yani berkat ijin dari pihak penerbad walaupuan harus menjaga jarak dari pesawat sejauh 100 meter," kata Udin.
Yang paling berkesan, kata Udin adalah saat melakukan presentasi ketika maju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2019 yang berlangsung di Denpasar Bali, dirinya mengaku harus berlatih presentasi sebanyak 300 kali agar bisa sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh panitia.
"Alhamdulilah semua kerja keras dan usaha kami tidak sia-sia sehingga kami bisa menjadi juara pertama dalam PIMNAS" kata Udin.