Google semakin agresif merambah bisnis jasa pelayanan kesehatan. Mulai dari mencaplok perusahaan pelacak kesehatan FitBit hingga menggandeng perusahaan perawatan kesehatan Ascension.
Bisnis perawatan kesehatan begitu menggoda Google Corp. Raksasa perusahaan jasa internet berbasis di Amerika Serikat ini terus merambah lini-lini usaha jasa pelayanan kesehatan. Teranyar, awal November lalu. induk perusahaan Google, Alphabet mencaplok sebuah perusahaan jam tangan pintar yang sedang naik daun, FitBit, senilai hampir Rp 30 trliun. Dengan demikian, Google bakal meramaikan persaingan pasar jam pelacak atau pendeteksi kebugaran yang selama ini dikuasasi Apple dan Samsung.
''Kesepakatan [akuisisi] itu akan membantu memacu inovasi dalam pengembangan perangkat [jam pintar],'' kata Senior Vice President Perangkat dan Layanan Google, Rick Osterloh, seperti dikutip dari Time, pekan lalu.
Sementara itu, dalam wawancara dengan Time, CEO FitBit James Park mengatakan, sistem perawatan kesehatan sangat kompleks membutuhkan kerja sama dengan beberapa pemain besar agar berdampak besar pula. ''
Tujuan kami adalah membuat hal-hal yang sedang kami kerjakan tersedia dan dapat diakses oleh sebanyak mungkin orang di seluruh dunia. Dan kita hanya bisa melakukan itu dengan bekerja sama dengan para pemain terbesar dalam perawatan kesehatan,'' tutur Park.
Sebelum mencaplok FitBit, Google sudah melakukan banyak untuk memasarkan perawatan kesehatan kepada publik. Pada awal 2019, misalnya, Google telah menggelontorkan US$40 juta untuk riset teknologi dan pengembangan Watchmaker Group Fossil. Tetapi produknya kalah berkompetisi dengan perusahaan seluler lain yang sudah lebih dulu terjun di segmen ini, seperti Apple Watch atau Samsung Galaxy Watch.
Ketertarikan Google merambah bisnis jam tangan cerdas dipicu oleh kinclongnya potensi pendapatan dari smartwatch. Pendapatan dari penjualan smartwatch di dunia diperkirakan akan meningkat dua kali lipat menjadi US$34 miliar pada 2023.
Google melirik FitBit, lantaran perusahaan ini lagi menguasai pasar pelacak kebugaran. Ia meyingkirkan Jawbone,Lark, dan Microsoft Band 2. Smartwatch milik Apple, Xiaomi, serta Huawei. Pengguna jasa FitBit merangkak naik dari 7 juta orang (2014) menjadi sekitar 28 juta (2018).
***
Kecuali menggandeng FitBit, seperti dilaporkan Wall Street Journal terbaru, Google juga bekerja sama dengan perusahaan perawatan kesehatan Ascension. Nantinya, Google memiliki akses ke ribuan catatan kesehatan pasien tanpa sepengetahuan dokter di sejumlah pusat pelayanan kesehatan di 21 negara bagian AS. Mereka mengklaim langkah ini tidak melanggar undang-undang kesehatan-privasi federal AS.Tidak seperti kebanyakan data yang dikumpulkan Google pada individu, data kesehatan diatur secara ketat oleh pemerintah federal.
''Di bawah pengaturan ini, data Ascension tidak dapat digunakan untuk tujuan lain kecuali untuk menyediakan layanan yang kami tawarkan berdasarkan perjanjian, dan data pasien tidak dapat dan tidak akan digabungkan dengan data konsumen Google apa pun,'' tulis eksekutif cloud Google, Tariq Shaukat, dalam unggahan blognya.
Google menyediakan layanan komputasi awan untuk Ascension, yang mengoperasikan pusat pelayanan kesehatan di 21 negara bagian, sebagian besar di wilayah Selatan dan Barat Tengah.
Di situ Google akan menggunakan kecerdasan buatan untuk memeriksa catatan kesehatan dan menemukan pola yang menurut Google dapat membantu dokter dan penyedia layanan kesehatan lainnya.
Dengan sistem tersebut, dokter bisa menggunakan data untuk menentukan apakah cukup memberikan resep atau memerintahkan pasien berobat ke rumah sakit jika kondisinya memburuk. Perintah itu cukup dilakukan dengan sentuhan jari di perangkat kecerdasan buatan.
Namun, masalah serius justru bakal muncul pada jaminan keamanan privasi data. Kalangan konsumen, menurut analisis pengamat teknologi intelegensia buatan Forrester, hanya 25% pengguna yang percaya Google melindungi data mereka.
Bahkan CNBC melaporkan, sejumlah pengguna FitBit telah melepaskan jam pintarnya dan beralih ke Apple Watch karena alasan ini.
Padahal jika Google dapat merahasiakan data kesehatan pengguna, Google akan menemukan banyak peluang dalam perawatan kesehatan. Sebanyak 65% pengguna smartwatch yang berumur 65 tahun ke atas bersedia berbagi data mengenai layanan kesehatan mereka di perangkat pintarnya.