Jerusalem, Gatra.com - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan ia tidak akan mengundurkan diri meskipun dituduh melakukan suap, penipuan dan pelanggaran kepercayaan dalam skandal korupsi yang ia kecam sebagai "percobaan kudeta".
Tuduhan yang diumumkan Jaksa Agung Avichai Mandelblit adalah yang pertama terhadap perdana menteri Israel yang mengalami krisis paling parah dalam karir politik pemimpin terlama Israel. "Ini adalah percobaan kudeta berdasarkan pada pemalsuan dan proses investigasi yang tercemar dan bias. Saya akan terus memimpin negara, menurut surat hukum, dengan tanggung jawab, pengabdian dan kepedulian untuk semua masa depan kita," katanya Netanyahu, dikutip dari Reuters, Jumat (22/11).
Netanyahu yang berkuasa terus menerus sejak 2009 dan sebelum itu pada 1990-an, telah mendominasi politik Israel selama satu generasi, dengan tegas membantah melakukan kesalahan dalam tiga kasus korupsi, yang ia sebut sebagai korban perburuan politik.
Dia tidak memiliki kewajiban hukum untuk mengundurkan diri. Namun dakwaan tersebut dapat semakin menguatkan para penantang yang berusaha mengusirnya setelah dua pemilihan yang tidak meyakinkan sejak April, dengan pemilihan ketiga diharapkan akan diumumkan dalam beberapa minggu.
Hukuman atas tuduhan itu bisa membawa hukuman penjara yang panjang. Tetapi pengadilan apa pun dapat ditunda selama berbulan-bulan oleh krisis politik, dan Netanyahu dapat mencoba untuk mengamankan kekebalan parlemen dari penuntutan.
Penantang kiri-tengah utamanya dalam dua pemilihan tahun ini, Benny Gantz, mencuitkan tanggapannya di twitter, "Tidak ada kudeta di Israel, hanya tawaran (oleh Netanyahu) untuk menggantung ke kekuasaan."