Jakarta, Gatra.com - Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Wisnu Wijaya Soedibjo mengatakan, sektor manufaktur merupakan salah satu sektor yang ditawarkan kepada investor Amerika Serikat (AS).
"Investasi Amerika itu kan kebanyakan highly technology sophisticated. Meski tidak banyak terms of number, mereka banyak membawa value dari industri manufaktur," tuturnya kepada awak media di Hotel Mandirin Oriental, Jakarta, Kamis (21/11).
Menurutnya, selama ini investor AS banyak berinvestasi di hulu minyak dan gas, pertambangan, kelistrikan, air, hotel, dan restoran. Wisnu membidik beberapa subsektor manufaktur yang jadi prioritas.
"Mungkin petrochemical termasuk pengolahan batu bara jadi CTL, industri makanan, digital economi, dan renewable energy [energi terbarukan]," katanya.
Selanjutnya, ia memercayai, Indonesia dapat menarik keuntungan dari perang dagang AS-Cina untuk menarik investor asal Negeri Paman Sam. Daya jual Indonesia sebagai lokasi investasi adalah tenaga kerjanya yang mudah beradaptasi, dimungkinkannya pembelian tanah, dan cepat belajar, serta terdapat kawasan industri khusus.
"Hal itu jadi daya tarik selain infrastruktur. Kawasan industri besar-besar yang mulai develop dekat dengan ibu kota dengan kondisi Indonesia yang semakin maju. Saya kira banyak investor yang melihat lebih enak tinggal di Indonesia," tuturnya.
Selain itu, penduduk Indonesia yang berjumlah besar membuat daya tarik Indonesia semakin meningkat. "Pasar Indonesia sangat konsumtif. Itu yang harus dilihat 260 juta. 2/3 usia kerja produktif di bawah 40 tahun," katanya.
Berdasarkam data BKPM, AS merupakan merupakan negara ketujuh terbesar nilai investasi asing terbesar di Indonesia, yaitu sebesar US$757,14 juta dalam 534 proyek pada Januari-Seprember 2019. Kontribusi AS dalam penanaman modal asing (PMA) Indonesia masih 3,8% dari total keseluruhan PMA di Indonesia.