Semarang, Gatra.com - Menteri Sosial (Mensos) Juliari Pieter Batubara menyebut jika berkembangnya paham radikalisme dan aksi terorisme yang terjadi belakangan ini berakar pada persoalan kemiskinan.
"Musuh kita yang utama adalah kemiskinan, bicara radikalisme dan terorisme itu adalah akarnya dari permasalahan kemiskinan," kata Mensos, di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (21/11).
Karena itu, Mensos berharap dengan anggaran Kemensos sebesar Rp63 triliun di 2020 bisa tersalurkan melalui program yang memberdayakan ekonomi masyarakat.
"Tidak cukup penjara, ditangkapi Densus, titip sana titip sini, tapi yang diperangi adalah kemiskinannya," jelasnya.
Salah satu program pemberdayaan ada Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), dimana pada 2019 ada 15,6 juta keluarga penerima manfaat dengan nilai Rp110 ribu per bulan, dan komoditas beras atau telur.
Program itu kembali digulirkan pada anggaran Kemensos di 2020 pada 15.6 juta keluarga penerima manfaat dengan nilai Rp150 ribu per bulan, komoditas beras atau telur, ditambah bahan pangan lain dengan kandungan gizi sebagai pencegahan stunting.
"Tujuannya mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin dalam pemenuhan kebutuhan pangan," katanya.
Selain itu, ada program kelompok usaha bersama (KUBE) sebagai penguatan kapasitas fakir miskin dalam meningkatkan pendapatan dan kemampuan berusaha.
"Jumlahnya Rp20 juta per kelompok, 1 kelompok ada 10 KK, agar mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri serta meningkatkan kesetiakawanan sosial," kata Juliari.
Kemensos juga menggelontorkan Rp5 juta per keluarga penerima manfaat program kewirausahaan sosial, dan Rp15 juta per keluarga penerima manfaat pada program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni (RS RTLH).
"Program itu untuk menuju 2045 saat usia 100 tahun Indonesia merdeka harus masuk menjadi negara maju dengan penghasilan 21 ribu US dollar pertahun atau Rp400 juta per tahun, sekarang baru 4000 US dollar per tahun," ujarnya.