Palembang, Gatra.com – Penolakan ekspor kelapa asal Sumsel oleh pemerintah Thailand menjadi perhatian termasuk Balai Karantina Klas 1A Palembang. Kepala Balai Karantina Klas 1A Palembang, Bambang Hesti Susilo mengatakan selama ini aktivitas ekspor produk Sumsel ke luar negeri berjalan dengan baik namun berbagai masalah kerap dialami saat proses ekspor.
“Begitu juga permasalah ekspor kelapa yang dikembalikan, potesi Sumsel sangat besar tetapi komitmen pihak terkait terutama pengusaha perlu diperbaharui,” ungkapnya usai membuka acara coffee morning bersama berbagai pihak terkait evaluasi aktifitas ekspor dan inpor di Hotel Santika Radial Palembang, Rabu (20/11).
Dijelaskan Bambang, selama ini eksportir asal Sumsel masih menggunakan cara lobi-lobi agar produk yang dieskpor tetap diterima dan tidak dikembalikan kendati kualitasnya tidak susuai standar. Kendati demikian, pihaknya menilai masih terdapat pengusaha yang mengutamakan kualitas ketimbang proses lobi-lobian.
“Kita sudah deteksi jika tidak bisa terus-terus menggunakan cara lobi-lobian semata. Sejak awal 2019, kita telah rangul pelaku usaha untuk meningkatkan kualitas. Sebab kelemahan pada disortasi, diperluakannya mereka yang ahli agar bisa menutupi mata tunas dengan sabut kelapa yang senagaja disisakan dibagian atas,” ujarnya.
Kendati demikian akan mendukung upaya lobian dengan alasan aspek ekonomi dan lancar. Pihaknya akan tetap mengingatkan pengusaha untuk terus memperbaiki sistem. “Kita Balai Karantina tidak mungkin bisa mensortir satu persatu, perlu peran eskportir untuk ikut berkomitmen malakukan upaya yang sama,” terangnya.
Beberapa komoditas asal Sumsel yang menjadi andalan ekspor ke beberapa negara yakni kelapa, kelapa sawit, pinang, karet, kopi dan lain sebagainya.
Reporter: Karerek