London, Gatra.com - Penggemar sepak bola di Britania Raya terbangun dengan ingin melihat kisah Liga Primer musim ini menjadi sesuatu yang berbeda dengan dihuni oleh tim 4 besar yang lain. Ada hal baru yang kemudian menjadi satu kata menonjol, Tottenham Hotspurs mengumumkan penunjukan Jose Mourinho sebagai pelatih kepala Tottenham. "Saya senang bisa bergabung dengan klub dengan warisan besar dan pendukung yang begitu bersemangat," kata Mourinho seperti dikutip dari Foxsportasia.
Ungkapan warisan besar, merupakan penilaian subjektif dari kesendirian Mourinho yang terakhir dia menangani tim Premier League lain, Manchester United, yang keluar dari babak 16 besar Liga Champions yang kala itu bermain buruk dan terhempas di tangan Sevilla pada Maret 2018.
Selama pidato 12 menit di mana “warisan” disebutkan 10 kali. Poin umumnya adalah ia telah menyindir bahwa United lebih siap. Saingan lain lebih siap, setelah menghabiskan lebih banyak uang secara lebih efektif untuk membiakkan budaya kesuksesan yang berkelanjutan.
Salah satu kelemahan dalam argumennya saat pidato yaitu kenyataan dia berbicara seperti manajer Manchester United, juara 20 kali Inggris. Dia memilih gelandang 89,3 juta poundsterling di bangku cadangan untuk kekalahan 2-1 dari Sevilla di Old Trafford.
Lalu Bagaimana Tim Ini di Tangan Special One? Rasanya aman untuk mengatakan Mourinho jauh lebih bahagia dengan nasibnya sekarang daripada ketika dia menangani tim sekelas MU di Old Trafford. Paling tidak karena orang-orang seperti Danny Rose, Toby Alderweireld, Eric Dier dan Harry Kane semua yang disebut-sebut sebagai target United ketika ia berada di sana.
Tim-tim terbaiknya telah menampilkan striker kuat yang bersedia bekerja keras untuk tujuan ini, pemain sayap yang berlari kencang dan ancaman mencetak gol dari lini tengah penyerangan. Kane, Son Heung-min, Lucas Moura dan Dele Alli bersama-sama bisa melepaskan dahaga untuk "Mourinho" daripada apa pun yang ia tampilkan bersama di United.