Pekanbaru, Gatra.com - Tahun depan, siapapun yang ingin menengok seperti apa kondisi desa-desa yang ada di Kabupaten Kampar, Riau, cukup mengklik sidamri.kamparkab.go.id.
Sebab di laman bernama Sistem Informasi Menuju Desa Mandiri (Sidamri) itu, sudah terpampang apa-apa saja yang menjadi kekurangan, kelemahan dan kelebihan desa, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan Indeks Desa Membangun (IDM).
Lalu pada konten lain sudah ada pula Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten dan Rencana Strategis Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Semua data itu bisa dikompilasi pakai analisa Sidamri. Hasil analisa langsung bisa diprint. dari hasil analisa itu, mana-mana saja kekurangan dan kelemahan desa, langsung bisa dicarikan solusinya di di Renstra OPD.
Lalu mana saja kelebihan dan keunggulan desa, juga akan langsung ketahuan di OPD mana bisa digodok menjadi sesuatu yang menghasilkan dampak positif bagi desa tadi.
Semua kekurangan dan kelemahan yang ada, terukur dalam 50 indikator. Indikator inilah nanti yang kelak menghasilkan digit Indeks Desa Membangun (IDM). Apakah desa tadi sudah layak disebut desa Mandiri, Maju, Berkembang, Tertinggal atau Sangat Tertinggal, akan kelihatan di situ.
Rabu (20/11) malam, lelaki 45 tahun itu menarik napas lega usai menengok sederet konten yang ada di laman Sidamri itu. Sistim yang sengaja dia rancang untuk kelak membikin 242 desa di Kabupaten Kampar, Riau, bakal lebih kencang menggeber pembangunannya.
Sidamri ini bakal dilaunching pada Kamis (21/11) di Balai Bupati Kampar di kawasan jalan M Yamin, Bangkinang. Sejumlah petinggi dari Kementerian Desa bakal ada di sana. Termasuk para pimpinan OPD, Bupati dan Sekda Kampar.
"Sampai hari ini baru satu desa di Kampar yang masuk kategori Mandir, padahal sudah lima tahun program dana desa ada. Inilah yang membikin saya jadi kepikiran, apa sih yang salah di desa ini?" cerita Febrinaldi Tri Darmawan saat berbincang dengan Gatra.com, Rabu (20/11) malam.
Dua tahun lalu ayah tiga anak ini didapuk menjadi Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) dan tahun ini, dia ikut pula menjadi peserta pendidikan dan pelatihan (Diklat)Pelatihan Kepemimpinan Negara (PKN) tingkat II angkatan 24 tahun pada Lembaga Administrasi Negara (LAN).
Selama itu, Febri berusaha memutar otak mencari tahu apa sebenarnya masalah pokok desa-desa tadi. "Saya kepikiran kalau perencanaan pembangunan menjadi masalah utama. Terlepaslah dari keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). Terus selama ini perencanaan antara desa, kabupaten, provinsi dan pusat, belum terintegrasi. Dari situlah saya mencoba membikin disain tentang apa dan seperti apa desa tadi dan kemudian diintegrasikan dengan Rencana Strategis (Rensta) OPD. Kalau misalnya yang menjadi kekurangan pada Desa A adalah puskesmas, otomatis kekurangan ini bisa langsung ditengok di Renstra OPD Kesehatan. Begitu seterusnya," ujar Febri.
Disain itu sekaligus menjadi usulan gagasan dia sebagai peserta pada PKN tadi. Itulah makanya disain itu disebut Proyek Perubahan PKN. Proyek itu kemudian dia sodorkan kepada Yusri, Sekda Kampar yang kebetulan jadi mentornya langsung. Yusri sangat setuju, begitu juga dengan Bupati Kampar, Catur Sugeng Susanto.
Tak terasa dua bulan berlalu, 'gudang data' 242 desa yang ada di Kabupaten Kampar itu akhirnya rampung dia bikin. Lebih dari 1000 orang personil dilibatkan mengawal Sidamri itu. Mulai dari personil dari kabupaten hingga desa ada di sana. "Kepala Urusan Perencanaan Desa jadi salah satu admin di Sidamri itu," katanya.
Saat ini kata Febri, dari 242 desa yang ada, 26 desa maju, 144 desa berkembang, 53 desa tertinggal dan 18 desa sangat tertinggal. Lantaran Sidamri masih baru, Febri menyebut bahwa saat ini baru 10 desa yang dijadikan prototipe aplikasi ini.
Tapi tahun depan, akan ada 54 desa yang akan menyusun RPJMDes berbasis Sidamri. Kebetulan di tahun itu, desa tadi beres menggelar pemilihan kepala desa serentak. "Jadi lantaran kepala desanya baru, tentu dia akan menyusun RPJMDes," katanya.
Lalu yang 188 desa lagi, RPJMDesnya di review, dicocokkan dengan Renstra OPD maupun RPJMD kabupaten yang sudah direview. "Intinya aplikasi ini adalah cara kita memudahkan sebuah perencanaan pembangunan. Dan ini sudah terintegrasi dengan E-planning," terangnya.
Lantaran sistem ini masih baru, Febri sangat yakin bakal banyak kendala yang akan dihadapi, mulai dari persoalan SDM di desa, hingga persoalan blank spot yang masih banyak bertebaran di wilayah Kabupaten Kampar. "Kendala ini perlahan akan kita beresi. Yang penting bagi saya, sistem sudah kita bangun demi percepatan akselerasi pembangunan desa tadi," ujarnya.
Hanya saja, dibalik kendala yang masih berseliweran, Febri bolehlah berbangga hati. Sebab Kementerian Desa, langsung tergiur menengok Sidamri itu. "Kapusdatin Kemendes bilang ke saya, kalau Sidamri bakal dibangun juga di kementerian itu, Alhamdulillah," ujarnya lirih.
Abdul Aziz