Jakarta, Gatra.com - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Bambang Brodjonegoro tidak menginginkan masyarakat Indonesia hanya menjadi tukang rakit produk saja, melainkan harus menjadi pengembang produk. Oleh karena itu, ia terus mendorong program Research & Development (R&D), terutama di sektor industri manufaktur.
"Kami ingin product development dan product design-nya dilakukan di Indonesia. Jadi bukan hanya sekedar membeli lisensi dari negara lain, kita tinggal merakit," katanya setelah acara "Indonesia Economic Forum", di Jakarta, Rabu, (20/11).
Bambang melanjutkan, dengan menjadi pengembang produk, industri manufaktur Indonesia akan memperoleh nilai lebih tinggi dibandingkan hanya sekedar merakit saja.
Pihaknya menjelaskan, selama ini Indonesia hanya mendapatkan nilai produksi sebesar 20% saja untuk merakit produk. Sementara itu, untuk proses marketing dan penjualan, Indonesia hanya mendapatkan sekitar 10% dari total nilai produksi.
"Nah, keuntungan terbesar itu ada pada proses product development dan product design. Itu bisa sampai 70%. Jadi, kalau memang Indonesia tidak bisa ambil keuntungan dari 70% ini, setidaknya kita bisa dapat lebih dari 20% lah," imbuh dia.
Sementara itu, untuk mendorong R&D di sektor industri manufaktur, pihaknya sedang berusaha memaksimalkan kapasitas teknologi produksi, membangun pusat product development baru di berbagai tempat, serta mengadopsi teknologi dan inovasi untuk mendukung product development.