Jakarta, Gatra.com-Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyarankan para petani teh di Indonesia bergabung dengan koperasi untuk mengembangkan segmen pasar “Specialty Tea” sekaligus bermitra dengan para eksportir teh.
Setelah bertemu dengan sejumlah anggota komunitas teh di Kantor Kementerian Koperasi dan UKM Jakarta, Selasa (19/11/2019), Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, potensi pasar teh kualitas nomor satu atau “Specialty Tea” sangat besar. Salah satunya dapat menjadi komoditas dengan nilai jual tinggi.
“Ini masuk ke dalam produksi teh artisan yang punya value yang tinggi. Apalagi kita punya sejarah yang panjang soal teh. Teh sudah menjadi bagian dalam kultur Indonesia,” kata Teten di kantornya kepada awak media, Rabu (20/11).
Saat ini tercatat, pengelolaan produksi teh di Indonesia sebanyak 40% merupakan perkebunan rakyat, 20% dari kelolaan swasta, dan 30% oleh PTP.
“Sekarang untuk pasar di dalam negeri teh masih impor. Kalau kita bisa geser konsumsi dengan produk dalam negeri yang sekarang sudah canggih seperti artisan. Ini yang ada lima jenis teh ini pasti bagus. Bisa menjadi prioritas kita untuk mendorong produk yang kita dukung pengembangannya,” ujarnya.
Oleh karena itu, Teten sangat menyarankan kepada para petani teh di Indonesia untuk membentuk koperasi. “Saya sarankan ada mitra tani kebun yang dibuat dalam bentuk koperasi, sehingga nanti kita bisa lebih berkembang lagi. Kita punya rencana untuk bikin festival dan bikin road map jangka panjang,” imbuhnya.
Teten juga menekankan pentingnya membangun brand bagi teh berkualitas Indonesia. Menurutnya, pengelolaan dan pengembangan teh di Indonesia harus berbeda dan inovatif. Sementara itu, salah satu anggota komunitas “specialty tea” yakni Ketua Bidang Promosi Dewan Teh Indonesia Ratna Somantri mengatakan, pihaknya berencana mempopulerkan “specialty tea” di Indonesia dengan cara yang berbeda.
“Banyak orang di Indonesia belum mengenal specialty tea ini, padahal ada beberapa teh kita yang sudah mendapat penghargaan. Seperti teh dari Bukit Sari yang mendapat penghargaan di Prancis, Australia, dan Jepang. Namun, orang kita sendiri belum kenal. Itu yang mau kita angkat,” kata Ratna yang juga Head of Promotion Association of Indonesia "Specialty Tea" itu.
Sependapat dengan Teten, ia juga menyayangkan pasar teh di Indonesia masih didominasi produk teh impor, sehingga ke depan perlu ada road map industri teh dari hulu ke hilir. Selain itu, sekaligus berupaya mempopulerkan dan meningkatkan teh Indonesia agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Pihaknya berharap, dukungan pemerintah dari sisi teknologi produksi dapat tepat guna di segi pembiayaan hingga pemasaran.
“Sama-sama kita menciptakan satu brand yang khas Indonesia,” tuturnya.