Pati, Gatra.com - Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Pati menyebut angka stunting di kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani, hingga saat ini di angka 3.134 jiwa. Langkah strategis pun dilangsungkan untuk menekan dan mencegah stunting.
Kepala DKK Pati, Edi Siswanto mengatakan, lokus desa terpapar stunting itu, sudah mengalami penurunan kasus stunting pada tahun ini jika dibangingkan tahun sebelumnya.
"Kasus stunting di Kabupaten Pati itu mengalami penurunan, jika dibandingkan tahun 2018. Memang stunting ini tidak hanya menjadi permasalahan di Pati, juga sudah menjadi kasus nasional," katanya kepada Gatra.com, Rabu (20/11).
Meski pihaknya belum bisa memastikan kapan Kabupaten Pati terbebas dari stunting, tetapi pihaknya sudah berusaha untuk menekan angka stunting. Dibuktikan dengan penurunan yang cukup drastis YoY.
"Penanganannya, dari Kementerian Kesehatan akan turun langsung untuk memberika gizi seimbang kepada penderita stunting, termasuk nantinya juga di Pati," ujarnya.
Diketahui, daari data validasi terbaru kasus stunting pada tahun ini, ada sebanyak 3.134 penderita stunting. Dibandingkan data Year over Year (YoY), angka tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan, dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 4038 kasus.
Data yang sama dari DKK Pati turut terungkap, khusus untuk tahun ini kasus yang sangat pendek berjumlah 699 jiwa. Sedangkan untuk jenis kasus pendek sendiri tercatat sebanyak 2.431 jiwa, pada tahun 2019.
Sementara dari data yang terkuak pada 2018, kasus sangat pendek ada 804 kasus. Dan jumlah kasus pendek ada 3.234 jiwa. Hasil validasi ini juga meruntut 12 desa yang menjad lokus utama stunting. Tertinggi ada di Desa Klakahkasihan dengan 42 kasus, diikuti Kedalon 29 kasus, Pakis dengan 29 kasus stunting.
Kemudian disusul Desa Sumur dengan 19 kasus, Langenharjo sebanyak 16 kasus, Bungasrejo 16 kasus, Bogotanjung 14 kasus. Selanjutnya di Desa Karangrejo ada 13 kasus, Plangitan 10 kasus, Mantingan dengan 8 kasus, Desa Mulyoharjo dan Tanggel masing-masing 4 kasus.