Home Ekonomi 25 Kontainer Kelapa Sumsel Ditolak Thailand

25 Kontainer Kelapa Sumsel Ditolak Thailand

 

Palembang, Gatra.com - Sebanyak 25 kontainer kelapa asal Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) ditolak oleh pemerintah Thailand. Kelapa yang setiap kontainer berisi 25.000 butir kelapa ditolak karena tidak memenuhi standar impor yang ditetapkan pemerintah Thailand.

Eksportir Kelapa Sumsel, Muhammad Rajif Nasir mengungkapkan, pengiriman ribuan kelapa itu berlangsung pertengahan bulan, 15 Novemver lalu. Penolakan ekspor kelapa diduga karena adanya pengetatan aturan impor yang diterapkan oleh pemerintah Thailand yang tidak bisa menerima kelapa yang sudah bertunas.

“Sebelumnya tidak ada masalah, ada tunas kecil juga tidak ada masalah namun karena adanya pengetatan regulasi di Thailand jadi kelapa yang kita kirim dikembalikan,” ungkapnya kepada Gatra.com, Selasa (19/11).

Menurut Direktur PT Central Agro Indonesia ini, ekspor kelapa bulat tanpa adanya tunas sedikitpun sangat sulit untuk dilakukan mengingat proses petik, pengumpulan, pengupasan memakan waktu yang cukup lama hingga satu bulan sehingga menambah biaya produksi.

“Peraturan Thailand memang tidak boleh ada tunas. Kita kirim barang hidup, barang segar. Kelapa kalau kondisi segar pasti ada tunas, meskipun berukuran kecil saat tiba,” ujarnya.

Dari 25 kontainer itu, terdapat 1% kelapa yang sampai pada negara tujuan akan bertugas. Namun oleh pemerintah Thailand, dilakukan pengembalian keseluruhannya.

“Ada perbedaan standar antara pemerintah Thailand dan perusahaan. Pemerintah Thailand memang tidak boleh ada tunas, namun pihak perusahaan di Thailand tidak masalah jika hanya bertunas 1 cm saja karena masih bisa diproses. Kembali ke Palembang lagi saja masih tetap bisa diproses menjadi barang lalu di eskpor lagi tapi kita rugi,” ungkapnya.

Adanya penolakan ekspor tersebut, pihaknya akan melakukan negosiasi ulang ke pihak pabrik di Thailand terkait toleransi kondisi kelapa yang dikirim. Sementara itu, secara internal akan melakukan pengetatan sortir.

“Kita ingin adanya upaya negoasiasi antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Thailand. Untuk sekarang ada 25 kontainer yang dikembalikan, satu kontainernya kita mengalami kerugian sebesar Rp100 jutaan,” tegasnya.

 

 

 

 

Reporter: Karerek

 

 

508