Mataram, Gatra.com - Negara-negara yang tergabung dalam Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) menargetkan Asia Pasifik menjadi wilayah perdagangan bebas pada 2020. Komitmen tersebut disepakati pada APEC Ministrial Meeting ke-29, di Vietnam, awal November 2019 lalu.
“Isu global ini adalah tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia sebagai salah satu negara APEC. Isu Free Trade Area of The Asia Pacific (FTAAP) atau perdagangan bebas ini jelas menjadi tantangan, tapi juga sekaligus peluang," kata H Rohman Farly di Mataram, Selasa (19/11).
Bakal calon Walikota Mataram ini menambahkan, realisasi FTAAP atau perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik merupakan salah satu bentuk konsistensi APEC mendorong integrasi ekonomi di kawasan. Hal ini akan menjadi tantangan karena produk impor dengan harga bersaing akan masuk ke pasar nasional dan menjadi kompetitor produsen lokal.
"Tapi di lain sisi, ini juga peluang karena produk kita yang bagus dan berkualitas juga bisa mudah masuk dan terserap pasar global," imbuhnya.
Menurut dia, di tingkat daerah, seperti Kota Mataram isu perdagangan bebas harus disikapi dengan baik. Salah satunya dengan mempersiapkan para generasi muda millenial untuk bisa bertahan hidup dengan persaingan disegala aspek kehidupan.
Lebih jauh HRF mengatakan, perdagangan berbasis elektronik atau e-commerce perlu diantisipasi sebagai potensi menuju era perdagangan bebas tersebut.
Sebab, pemanfaatan perkembangan teknologi oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dapat meningkatkan kapasitas dan fasilitas yang dimiliki pengusaha untuk menerobos pasar regional dan global.
“Dengan berkembangnya e-commerce , maka kesempatan memasarkan produk bagi semua lapisan masyarakat termasuk UMKM semakin terbuka lebar di era free trade zone nantinya," katanya.
Dikatakannya, Kota Mataram ke depan tidak bisa hanya sekadar bersemangat menumbuhkan wirausaha muda dan baru. Tetapi juga harus lebih mendorong kepada peningkatan mutu dan kualitas produk dan jasa .
Selanjutnya HRF yang juga menjabat Sekda Lombok Timur mengatakan, Kota Mataram saat ini masih menjadi etalase sektor UMKM dan manufaktur di NTB. Pemerintah Kota menurut dia perlu mengintervensi dengan program dan kebijakan yang mendorong potensi itu untuk memperkuat pondasi industri 4.0.
“Salah satu caranya adalah dengan membangun pusat-pusat kreasi, semacam Bale Kreatif sebagai wadah generasi muda mengekplorasi ide dan gagasan mereka. Generasi muda kita punya kemampuan sesuai passion mereka masing-masing. Ide yang beragam dan berasal dari berbagai disiplin ilmu ini bisa menyatu di Bale Kreatif nantinya," katanya.
Menurutnya, saat ini pemerintah sudah menggabungkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Hal ini akan menjadi peluang bagi NTB yang memang sudah menjadi ikon pariwisata nasional. Produk-produk unggulan NTB seperti Mutiara Lombok, kain tenun, kerajinan Cukli, gerabah dan lain sebagainya, perlu direvitalisasi/diperluas pasarnya berbasis tehnologi 4.0.
"Jika kualitas dan mutu produk kita memadai tentu perdagangan bebas akan sangat menguntungkan karena ekspor kita bisa meningkat. Tapi yang terpenting adalah menyiapkan SDM para milenial di Mataram agar berani bersaing di kancah global," tandas HRF.