Jakarta, Gatra.com - Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golongan Karya (Golkar) yang akan berlangsung 4-6 Desember 2019 nanti, akan melakukan penggantian ketum baru ataupun meneruskan kepemimpinan calon ketua umum (caketum) petahana. Meski begitu, pergantian atau penerusan tersebut harus sejalan dengan perkembangan jaman.
Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI), Jayadi Hanan, menilai Golkar belum mempunyai dua kunci untuk bergerak menjadi mesin politik yang handal. Ia menyayangkan, partai sebesar Golkar seharusnya peka terhadap jaringan politik.
"Jadi ini tantangan adalah bagaimana membuat partainya menjadi mesin yang sukses secara teori dan praktek ada dua indikator untuk menjadi mesin partai atau mesin politik yang sukses," ujar Jayadi dalam diskusi di Jenggala Center, Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa (19/11).
"Pertama adalah Golkar harus memiliki jaringan politik baik, jaringan organisasi maupun yang lainnya yang terpadu dan disiplin," imbuh Jayadi.
Jayadi juga menerangkan aspek kedua, yaitu Partai Golkar harus memiliki akar yang kuat di masyarakat dan loyalitas yang kuat juga dari suara konstituen atau pemilih di tingkat daerah. Persoalan yang muncul sekarang adalah belum optimalnya dua kunci itu digunakan oleh Partai Golkar.
"Sejak tahun 2004-2019 itu (hasil Pemilu) gejalanya meningkat atau menurun? Kan ternyata menurun yang artinya dua hal itu belum berjalan dengan baik," ungkapnya.
Meski harus segera dievaluasi, Jayadi menekankan bahwa persoalan penggunaan dua kunci itu bukan cuma terjadi pada Partai Golkar saja. Ia juga berharap partai lain bisa segera berbenah.
"Sebenarnya ini bukan cuma Golkar, tetapi menjadi problem partai politik yang lain juga," pungkasnya.