Banyuwangi, Gatra.com- Sekretaris Aliansi Masyarakat Adat Banyuwangi dan Dekan Fakultas Ilmu Bahasa Universitas PGRI Banyuwangi, Wiwin Indiarti mengatakan, Lontar Yusup masih disimpan untuk melestarikan kebudayaan warga Osing. Lanjutnya, Lontar Yusup ini dibacakan oleh anak-anak muda bernama 'Mocoan Lontar Yusup' dengan cara ditembangkan di acara tertentu seperti pernikahan dan khitanan.
"Lontar Yusup ini adalah sebuah cerita tentang kehidupan Nabi Yusuf yang tertuang dalam daun lontar dan ditulis pertama kali oleh masyarakat adat Osing. [Caranya] menggunakan aksara Arab Pegon berbahasa Jawa dan membacanya dengan cara ditembang," ujarnya saat ditemui di Desa Osing, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (18/11).
Ia menuturkan, sampai saat ini masih ada Lontar Yusup asli yang tersimpan sebagai warisan kebudayaan dan tidak mengalami digitalisasi. Meski, tujuan menurunkannya kepada generasi milenial harus diketikkan dalam komputer kemudian dicetak menjadi buku.
"Lontar Yusup yang asli tidak didigitalisasi dengan alasan menjaga warisan budaya. Namun, untuk keperluan latihan, apabila ada yang ingin memesan Lontar Yusup ini, maka ada dalam bentuk buku dengan ketikan komputer yang bisa dicetak berulangkali," tuturnya.
Sementara itu, untuk komunitas Mocoan Lontar Yusuf, ia mengatakan bahwa anggota terdiri dari para anak muda di desa Osing. Selanjutnya, tidak ada persyaratan untuk menjadi anggota komunitas dan belajar menembang Lontar Yusup dengan harapan tradisi ini terus turun menurun.
"Tidak ada pantangan ataupun ritual sebelum menembang Lontar Yusup, tetapi untuk perempuan, tidak diperbolehkan menembang apabila sedang berada di masa menstruasi," katanya.