Terancam karena Cina bisa bebas mengalahkan perekonomiannya, India menolak menjadi bagian dari RCEP. Narendra Modi berencana membuat perdagangan bebas dengan negeri-negeri di “Benua Biru”.
-------------
Drama di ujung acara pertemuan 16 negara Asia plus Australia dan Selandia Baru, yang tergabung dalam Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership –RCEP) di Bangkok, berakhir dengan ditinggalkannya India dari penandatanganan kesepakatan untuk membentuk perdagangan bebas di wilayah ini.
Sebelumnya, India memang rewel terkait dibukanya sekat perdagangan di kawasan ini yang sudah dinegosiasikan selama tujuh tahun, karena khawatir dengan masa depan ekonomi dalam negerinya yang bakal dijajah Cina.
Diplomat India Vijay Thakur Singh menyatakan di sela-sela penutupan acara perundingan Senin dua pekan lalu bahwa Perdana Menteri Narendra Modi mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan dari kesepakatan. Utamanya terhadap kehidupan dan mata pencaharian semua orang India, terutama bagi masyarakat yang lebih lemah.
Menurut Singh, India memiliki masalah signifikan dengan kepentingan inti yang masih belum terselesaikan. “Kami telah berpartisipasi dengan itikad baik dalam diskusi RCEP dan bernegosiasi keras dengan pandangan yang jelas tentang kepentingan kami. Kami mengambil keputusan yang tepat untuk kepentingan nasional,” katanya, seperti dikutip Bloomberg
Keputusan India untuk menunda partisipasinya dalam blok perdagangan terbesar dunia ini mengusik Cina. Dengan segala cara, raksasa ekonomi Asia itu membujuk India untuk tetap bergabung.
Harian berbahasa Inggris yang dikelola Pemerintah Cina, Global Times, membuat ulasan menarik tentang keputusan India untuk mempertimbangkan kembali partisipasinya. "Negara-negara yang terlibat ada baiknya memikirkan bagaimana membujuk India untuk mempertimbangkan kembali kesepakatan perdagangan. Untuk mencapai impian negara adidaya, India harus bergabung dengan RCEP,” tulisnya.
Selanjutnya, harian itu menawarkan beberapa opsi agar India bergabung. Salah satu opsi adalah memberikan waktu kepada India untuk memenuhi komitmennya di bawah RCEP secara bertahap. Opsi lain adalah negosiasi lanjutan setelah pakta ditandatangani 15 negara lainnya pada awal 2020.
Meski tak mau bergabung, kerja sama ekonomi diperkirakan kembali menjadi agenda pertemuan PM India Narendra Modi dan Presiden Cina Xi Jinping di sela-sela KTT BRICS di Brasil, 13-14 November ini. Pemimpin kedua negara sudah beberapa kali bertemu. Tahun ini saja mereka sudah bertemu tiga kali.
Sebelumnya, dalam KTT informal di Mamallapuram, India, pertengahan Oktober lalu, Modi mengatakan kepada Xi bahwa India berharap pada RCEP, tetapi yang lebih penting ada keseimbangan perdagangan barang, jasa dan investasi. Xi memberikan perhatian soal itu dan berjanji bahwa kekhawatiran India itu akan diperhatikan.
Wakil menteri perdagangan Cina, Wang Shouwen yakin, bahwa perbedaan akan diselesaikan pada akhir tahun ini. “Kita harus, bersama-sama dengan India, bekerja keras untuk menyelesaikan masalah ini,” katanya seperti disampaikan South China Morning Post.
Di sisi lain, meski India melepaskan RCEP, negeri ini juga mulai menghidupkan kembali pembicaraan perdagangan bebas dengan Uni Eropa yang terhenti sejak enam tahun terakhir. Namun belum terungkap bagaimana peta jalan dan solusi untuk memecahkan kebuntuan yang sudah bertahun-tahun.
Pihak Uni Eropa juga masih skeptis dengan kemajuan pembicaraan ini. Karena ada sejumlah hal yang dipermasalahkan India. Seperti keputusan India untuk membatalkan Kesepakatan Investasi Bilateral dengan 58 negara, termasuk 22 negara Uni Eropa.
Menteri Perdagangan Piyush Goyal mengatakan, India ingin mengeksplorasi perdagangan bebas dengan Barat, termasuk UE dan Amerika Serikat. Perdana Menteri Narendra Modi dan Kanselir Jerman Angela Merkel juga mendorong perjanjian perdagangan dan investasi bilateral dalam pertemuan mereka pada 1 November tahun lalu.
Pekka Haavisto, Menteri Luar Negeri Finlandia yang juga Presiden Dewan Uni Eropa, mengatakan bahwa kesepakatan itu bisa memakan waktu lama.
Dan memang, pada 2013, India dan UE menghentikan pembicaraan setelah deadlock pada isu tarif mobil dan anggur Eropa, tentang keamanan data, dan keinginan India untuk memasukkan layanan dan lebih banyak visa bagi para profesional India dalam perjanjian.
Sejak itu, meskipun telah beberapa kali bertemu, para negosiator bahkan tidak dapat menyepakati persyaratan untuk memulai kembali perundingan.
---------------Infografis ----------------
Alasan India Menolak RCEP
RCEP bakal jadi pakta perdagangan bebas terbesar di dunia. Meliputi 40 persen perdagangan dunia, 35 persen GDP yang melibatkan 16 negara dan menjadi rumah bagi 3.6 juta miliar orang atau setengah populasi dunia.
Rencana RCEP berawal dari negara-negara ASEAN tahun 2012. RCEP terdiri sepuluh negara ASEAN plus Cina, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan India.
PM Modi menilai RCEP belum memberikan solusi terhadap persoalan ekonomi India. Berikut lima alasan mengapa India menarik diri di detik-detik terakhir:
Perlambatan ekonomi
Ekonomi India sedang melewati masa-masa sulit. Laju pertumbuhan GDP terus melambat dalam lima triwulan berturut-turut. Dikombinasikan dengan demonetisasi pada November 2016, guncangan ekonomi itu belum sepenuhnya pulih. Ketika industrinya masih belum stabil, pakta perdagangan bebas besar-besaran seperti RCEP akan membuat bisnis dan pertanian India menghadapi persaingan yang tidak seimbang dari negara lain.
Defisit perdagangan
India memiliki defisit perdagangan besar-besaran dengan hampir semua kekuatan ekonomi dunia. Dari 15 negara RCEP, India memiliki defisit perdagangan serius dengan setidaknya 11 negara.
Defisit perdagangan India dengan negara-negara ini naik hampir dua kali lipat dalam lima-enam tahun terakhir –dari US$54 miliar pada 2013-2014 menjadi US$105 miliar pada 2018-2019. US$53 miliar di antaranya kepada Cina.
Industri dan Pertanian
RCEP ditentang industri manufaktur dan pertanian. Sektor manufaktur di India sedang dalam krisis. Demikian pula industri jasa. Di industri pertanian, petani rempah-rempah India mendapat tekanan serius dari Asia Selatan dan Sri Lanka. Petani karet, dan kelapa juga menghadapi tekanan. Vietnam dan Indonesia punya karet yang sangat murah untuk diekspor. Australia dan Selandia Baru menunggu akses ke India untuk produk susu mereka. Bisnis India akan terpukul keras karena RCEP tidak menawarkan perlindungan yang cukup.
Pengalaman Masa Lalu
Perjanjian perdagangan bebas India dengan Sri Lanka, Malaysia, Singapura, dan Korea Selatan tidak sesuai dengan harapan. Ekspor India kalah ke mitra dagangnya. Sebaliknya impor malah semakin tinggi.
Permainan Cina
Kalangan industri India menilai, RCEP muncul sebagai upaya Cina untuk menyelamatkan industri manufaktur yang terus membesar. Agenda Cina adalah membanjiri pasar India menggunakan negara-negara RCEP sebagai jaringan penghubung. Dengan populasi 1,3 miliar, India sangat menggiurkan bagi perusahaan-perusahaan Cina yang sedikit-banyak terdampak perang dagang dengan Amerika Serikat.
Sumber: India Today, diolah