Banjarnegara, Gatra.com – Marjani adalah salah satu dari sedikit saksi hidup tragedi Kawah Sinila yang erupsi dan lantas mengeluarkan gas beracun pada 1979, atau 40 tahun silam. Tragedi itu, amat membekas dan menyebabkannya trauma lantaran menyebabkan 149 tewas.
Waktu itu, ia tinggal di Kepucukan. Sebuah kampung yang berdekatan dengan Kawah Sinila. Kampung ini telah ditinggalkan penghuninya, karena meninggal dunia, transmigrasi atau berpindah ke desa lain yang lebih aman.
Kini, Marjani tinggal di Dukuh Sidomulyo, Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Banjarnegara. Namun meski ia masih tinggal di kecamatan Batur, bukan berarti ia sering mengunjungi Sinila pasca bencana itu. Baru kemarin, Rabu (13/11) Marjani kembali menginjakkan kaki kembali di Sinila.
“Sejak bencana itu, saya hanya sekali saja, setahun setelah letusan. Setelah itu tidak pernah ke sana lagi, jadi sudah 39 tahun saya baru ke Sinila lagi kali ini” kata Marjani, melalui keterangan tertulis dari YSMI kepada Gatra.com, Minggu (17/11).
Bukan tanpa alasan Marjani kembali ke Sinila, ia kembali ke sana untuk mengambil gambar dalam rangka pembuatan film dokumenter mengenai tragedi Sinila, fasilitasi dari Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm) Kemdikbud bekerjasama dengan Yayasan Sahabat Muda Indonesia (YSMI).
Marjani masih memiliki tenaga yang cukup kuat untuk ukuran usia 80 tahunan, dengan diboncengkan ojek pegunungan ia mampu mendaki kawasan Sinila yang sangat menanjak. Ia juga masih ingat betul lokasi letusan, tempat mayat-mayat bergelimpangan dan juga makam massal yang digunakan untuk menguburkan korban tragedi Sinila pada tahun 1979 itu.
Sutradara film Aziz Arifianto mengaku bersyukur menemukan narasumber seperti Marjani. Menurutnya, saksi korban tragedi Sinila sudah sangat jarang. Selain karena telah banyak yang meninggal dunia, juga banyak diantara warga terdampak saat itu yang ditransmigrasikan ke Sumatera Selatan.
“Kita beruntung karena Mbah Marjani mau kita jadikan subjek film. Bahkan beliau sangat bersemangat untuk naik kembali ke Sinila, karena beliau masih sangat terkenang, dan tahun ini merupakan peringatan 40 tahun Sinila meletus,” kata Aziz.
Menurut Aziz, film ini nantinya memang khusus didedikasikan untuk Marjani dan warga Batur, sehingga judulnya pun akan disesuaikan dengan rencana semula menjadi “Mengenang 40 Tahun Tragedi Sinila”.
“Tadinya kami akan memberi judul Sinila 1979, tapi karena ternyata judul itu sudah ada, maka kami ganti. Kebetulan, tahun tepat 40 tahun tragedi itu terjadi” jelas Aziz.