Jakarta, Gatra.com - Forum Masyarakat Maluku (Formama) dan sejumlah organisasi dan tokoh masyarakat Maluku meminta kepastian seberapa besar Blok Masela berkontribusi pada peningkatan ekonomi, kesejahteraan, sumber daya manusia (SDM), dan berbagai sektor lainnya terhadap Maluku.
"Kami butuh kepastian tetap untuk kesejahteraan masyarakat Maluku itu apa? Itu yang kami ingin tahu secara transparan dan sejelas mungkin," kata Arnold Thenu, Ketua Umum Formama usai konferensi pers tentang Blok Masela di Jakarta, Minggu (18/11).
Arnold menjelaskan bahwa persoalan mega proyek Liquefied Natural Gas (LNG) Blok Masela yang akrab di kalangan bangsa Maluku sebagai 'gas abadi', itu bukan hanya sekadar Maluku mendapat berapa persen.
"Ini bukan persoalan Maluku dapat 10%, kalaupun Maluku dapat 10%, saya rasa itu juga tidak pantas karena paling mininal 15% lebih untuk Maluku. Tapi tidak sesederhana itu, kenapa? Yang kami butuh kepastian tetap untuk kesejahteraan masyarakat Maluku itu apa?" ujarnya.
Terkait hal ini, lanjut Arnold, pihaknya bersama organisasi lainnya serta tokoh asal Maluku akan melakukan audiensi dengan pihak terkait, seperti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), SKK Migas, serta korporasi yang akan menggarap Blok Masela.
"Kami akan mendatangi pihak-pihak terkait dalam hal ini ESDM dan SKK Migas berikut juga pihak investor dalam hal ini Impact dan Shell akan kami datangi untuk meminta kepastian," ujarnya.
Menurut Arnold, pihaknya membutuhkan tranparansi sejumlah pihak agar Blok Masela tidak kemudian memunculkan berbagai masalah seperti yang terjadi pada pertambangan di Bumi Cendrawasih?. Terlebih, investasi pengembangan Blok Masela sangat luar biasa, yakni mencapai sekitar Rp267,8 triliun.
Selain seberapa besar untuk kesejahteraan warga Maluku, Blok Masela berada di wilayah Maluku yang kembali mencuat untuk digarap, harus dapat menyerap tenaga kerja mayoritas dari warga lokal karena SDM-nya sudah siap untuk menyongsong proyek ini.
"Itu [70% tenaga kerja] permintaan kami di tahun 2016. Setelah terjadi Polemik RR dan SS, kami minta minimal pekerja Maluku 70% yang kami minta. Kalaupun tidak ada yang signifikan, kami akan mengkaji kembali dan kami akan menentukan sikap politik sebagai anak cucu Maluku yang punya hak di Blok Masela," ujarnya.
Staf Gubernur Maluku 2004-2008, Peit Mustamu?, menambahkan, SDM Maluku sudah siap di bidang pertambangan, perminyakan, maupun pertambangan. Pasalnya, sebelum didirikan Fakultas Pertambangan di Universitas Patimuara (Unpatti), sudah banyak pelajar yang dikirim untuk menimba ilmu di bidang tersebut di berbagai perguruan tinggi di Tanah Air.
"Banyak tenaga sudah dikirimkan untuk sekolah di universitas-universitas di luar Kota Ambon yang jurusannya sesuai kebutuhan apakah itu geologi, perminyakan, pertambangan, itu sudah disiapkan dari awal," ujarnya.
SDM yang sudah dipersiapkan baik yang belajar di berbagai universitas di luar Maluku dan di Unpatti bisa ambil bagian dalam pekerjaan dan pengelolaan Blok Masela. "Ini bisa memberikan untuk menangani Blok Masela," katanya.
Tokoh Maluku yang juga mantan Anggota DPR ?dari Partai Damai Sejahtera (PSD), Jhon Toisutta, mengaku prihatin karena tidak ada anak Maluku yang masuk kabinet maupun posisi strategis lainnya di pemerintahan. Padahal, Maluku berada di garis terdepan dalam pemenangan Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2019.
"Tapi apa yang terjadi, kita tidak terpakai semuanya apakah itu di menteri, Wamen, Dirjen karena dibilang tidak mempunyai SDM yang baik. Itu sangat mencederai saya sebagai anak Maluku yang terlahir di Maluku dengan bahasa yang tidak tepat yang dipakai presiden bahwa kita tidak punya SDM," ujarnya.
?Karena itu, Jhon mendukung upaya Formama dan berbagai organisasi Maluku lainnya untuk melakukan sesuatu demi meningkatkan perekonomian, pembangunan, dan kesejahteraan warga Maluku.
"Kita harus punya tekad dan satu padu untuk mewariskan kepada anak-cucu apa yang diberikan kepada bangsa nanti. "Karena itu saya dukung Formama untuk melakukan sesuatu," katanya dalam konferensi pers yang dihadiri sejumlah organisasi, di antaranya Maluku Satu Hati dan Kerukunan Keluagra Besar Masyarakat Maluku di Jakarta.