Home Ekonomi Periode 2008 - 2019, Sukuk Negara Tembus Rp1.221 Triliun

Periode 2008 - 2019, Sukuk Negara Tembus Rp1.221 Triliun

Jakarta, Gatra.com - Pembangunan infrastruktur di Indonesia turut mendapatkan sumbangan dari penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Sukuk sendiri telah menyumbangkan setidaknya Rp1.221 triliun sejak 2008 hingga 14 November 2019 yang sebagian telah dimanfaatkan untuk proses pembangunan.

Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Pengelolaan dan Risiko Kemenkeu, Dwi Irianti Hadiningdyah mengatakan, proyek financing sukuk akan terus dikembangkan. Terbaru, pemerintah telah menerbitkan Green Sukuk yang nantinya akan dimanfaatkan untuk pembangunan bersifat hijau.

"Sejak 2013, pemerintah sudah membangun 2.211 proyek infrastruktur di 34 provinsi di Indonesia. Nilai pembiayaan dari sukuk mencapai angka Rp90,9 triliun," jelas Dwi dalam acara Green Sukuk Investor Day, di Jakarta, Sabtu (16/11).

Dwi memaparkan, pembiayaan sukuk telah membiayai proyek jalan dan jembatan di 30 provinsi, pembangunan jalur kereta api di Jawa, Trans Sumatera, Sulawesi, dan modernisasi kereta di Stasiun Manggarai, Jakarta.

Lebih lanjut, pemerintah ingin mendorong semangat generasi muda khususnya milenial untuk terlibat sebagai investor sukuk. Hal tersebut seiring dengan kampanye green sukuk untuk membangun proyek yang ramah lingkungan.

"Kita memiliki yang dinamakan Green Framework. Suatu proyek dapat dikatakan green atau ramah lingkungan apabila proyek tersebut bisa memberikan dampak ke lingkungan. Contohnya proyek double track di stasiun Manggarai, itu dibiayai sukuk," ujar Dwi.

"Dengan tambahan rel tersebut, otomatis bisa menambah jumlah armada kereta. Bayangkan berapa ribu orang yang bisa diangkut per harinya. Jika mereka beralih dari kendaraan pribadi, berarti sudah bisa mengurangi emisi gas karbon yang dihasilkan," imbuhnya.

Pemerintah saat ini menawarkan Sukuk Tabungan ST-006 yang merupakan seri terakhir sukuk negara untuk 2019. Periode penawaran dibuka pada 1-21 November 2019. Sukuk tersebut sudah menggunakan sistem daring, sehingga dapat menarik kaum milenial untuk berinvestasi sukuk.

"Saat pertama menerbitkan sukuk tabungan pada 2016, partisipasi milenial baru 13 persen. Begitu mulai platform online, partisipasi milenial lebih dari 50 persen," kata Dwi.

Sukuk tersebut dinilai cocok untuk para investor pemula sebab modal yang diperlukan masih sangat terjangkau. Investor hanya perlu merogoh kocek mulai dari Rp1 juta hingga maksimal Rp3 miliar.

Selain itu, sukuk tabungan memiliki tenor dua tahun dengan imbalan sebesar 6,75 persen per tahun dengan kondisi floating with the floor.

"Artinya 6,75 persen ini yang terendah. Nanti setiap tiga bulan kita akan evaluasi melihat BI 7 day reverse repo rate (7DRRR). Jika nanti ada kenaikan, maka tiga bulan berikutnya akan naik. Tapi kalau BI rate turun atau tetap, akan tetap di 6,75 persen tidak akan di bawah itu," pungkas Dwi.

 

250