Jakarta, Gatra.com – Lesunya ekonomi global juga berdampak ke industri pengolahan mineral logam tanah jarang, zirkon. Bahkan menurut Ketua Komite Zirkon Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian (AP3I), Santoso Halim, dampak perlambatanan ekonomi sudah dirasakan sejak dua tahun lalu.
“Harga jual zirkon ke Cina juga turun drastis. Sangat drastis. Permintaan juga menurun dari beberapa negara. Bisa turun 30%-40% permintaan,” katanya kepada Gatra.com, beberapa hari lalu.
Akibatnya, pendapatan perusahaan pengolahan zirkon menurun. Meski demikian, permintaan zirkon di pasar domestik masih stabil.
Misalnya zirkon yang sudah diolah menjadi produk tepung putih, sebulannya bisa mencapai 700 ton-800 ton. Zirkon tepung ini banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan keramik. “Permintaan dalam negeri turun tapi nggak drastis. Stabilah,” ujarnya.
Santoso mengingatkan, jika perusahaan pengolahan zirkon ingin bertahan, harus pintar-pintar melakukan improvisasi bisnis. Misalnya, mengolah turunan zirkon, elminit menjadi produk bernilai tambah.
“Misalnya kita bikin smelter untuk turunan dari zirkon. Seperti elminit, masih bisa diproses menjadi titanium slag bentuk cair dan pig iron,” katanya.
Menurut Santoso, untuk membangun smelter zirkon dibutuhkan investasi berkisar Rp180 miliar. “Luar biasa besar memang,” katanya.
Selain modal, kata Santoso, industri zirkon juga butuh insentif seperti tax holiday. Agar produk zirkon dalam negeri bisa bersaing dengan produk impor. Maklum, perusahaan zirkon Cina berpotensi menggerus zirkon Indonesia.
“Di Cina, pengusaha itu dibackup sama bank. Diaksih dukungan dan bunga rendah. Kalau kita kan nggak begitu,” katanya.
Saat ini, pengolahan zirkon Indonesia hanya sampai menjadi zirkon sand dan zirkon tepung. Padahal, jika zirkon bisa dimurnikan hingga 99%, bisa digunakan untuk membuat berlian hingga menjadi penahan radioaktif dan tekanan tenaga nuklir. “Supaya tidak meledak,” katanya.
Berdasarkan data The United States Geological Survey (USGS), cadangan zirkon dunia sekitar 48 juta ton. Australia berada di posisi pertama, sebagai pemilik cadangan zirkon terbesar dengan jumlah 21 juta ton.
Disusul Afrika Selatan sebesar 14 juta ton, India sebesar 3,4 juta ton, Mozambik sebesar 1,2 juta ton, Amerika dan Cina masing-masing 500.000 ton.
Indonesia belum ada data pasti mengenai cadangan zirkon. Zirkon sendiri adalah mineral ikutan dari timah dan emas. “Sampai saat ini, esdm tidak ada data akurat tentang cadangan zirkon,” katanya.