Hong Kong, Gatra.com - Pemerintah Hong Kong mengonfirmasi pertumbuhan ekonomi negaranya mengalami resesi untuk pertama kalinya dalam satu dekade pada kuartal ketiga. Hal itu dikarenakan meningkatnya protes antipemerintah dan perang perdagangan Amerika Serikat-Cina.
Dilansir Reuters, ekonomi Hong Kong menyusut hingga 3,2% pada Juli-September dari kuartal sebelumnya. Produk domestik bruto (PDB) pada kuartal kedua berturut-turut menunjukkan adanya resesi.
Dengan tidak berakhirnya protes, analis memperingatkan pusat keuangan dan perdagangan berpotensi menghadapi kemerosotan yang lebih panjang. Bahkan lebih dalam daripada krisis keuangan global pada 2008/2009 dan epidemi SARS pada 2003.
Dari tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi berkontraksi 2,9%. Angka ini sejalan dari pembacaan awal dan terlemah sejak krisis global.
"Permintaan domestik memburuk secara signifikan pada kuartal ketiga, karena insiden sosial lokal mengambil korban besar pada kegiatan yang berhubungan dengan konsumsi. [Selain itu] menundukkan prospek ekonomi yang membebani sentimen konsumsi dan investasi," kata Pemerintah Hong Kong dalam sebuah pernyataan.
Selama setahun penuh, Pemerintah Hong Kong memperkirakan pertumbuhan ekonomi turun hingga 1,3%. Padahal, perkiraan penurunan pertumbuhan ekonomi sebelumnya sebesar 0-1%. Itu akan menandai penurunan tahunan pertama sejak 2009.
“Mengakhiri kekerasan dan memulihkan ketenangan sangat penting untuk pemulihan ekonomi. Pemerintah akan terus memantau situasi dengan seksama dan memperkenalkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mendukung perusahaan dan upaya perlindungan," kata pemerintah Hong Kong dalam rilisnya.
Protes politik selama lebih dari lima bulan telah menjerumuskan beberapa kota di sana ke dalam krisis terburuk sejak negara itu beralih dari pemerintahan Inggris ke Tiongkok pada tahun 1997. Turis membatalkan pemesanan, penjualan dan pasar saham anjlok, HSI goyah. Hal itu belum termasuk tekanan yang dirasakan kota dari perlambatan ekonomi Tiongkok dan sengketa perdagangan Tiongkok-AS yang berkepanjangan.
Penjualan ritel Agustus adalah yang terburuk dalam catatan sejarah, yakni turun 23% dari tahun sebelumnya, sementara bulan September anjlok 18,3%. Sebagian kota lumpuh untuk hari kelima pada hari Jumat. Gangguan transportasi umum kembali terjadi dan beberapa pusat perbelanjaan serta bisnis lainnya tutup lebih awal karena kerusuhan meningkat.