Jakarta, Gatra.com - Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia anjlok dari US$150,87 juta pada Januari-Oktober 2018 menjadi US$139,11 juta pada Januari-Oktober 2019. Kepala BPS, Suhariyanto menyebut minyak kelapa sawit (CPO) dan batu bara berkontribusi secara signifikan tehadap penurunan nilai ekspor tersebut.
CPO termasuk golongan lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), serta batu bara termasuk golongan bahan bakar mineral (HS 21). HS 15 dan HS 22 merupakan kelompok barang dengan penurunan ekspor terbesar, masing-masing sebesar 18,69 % dan 9,11 %. Kedua golongan ini menjadi kontributor ekspor tersebar yaitu 10,80 % dan 14,53%.
"Sebenarnya volume ekspor kelapa sawit naik, cuma karena harga kelapa sawit dan batu bara turun jadinya nilai ekspor turun," ucap Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Jumat (15/11).
Suhariyanto menyebut, fluktuasi harga CPO m-to-m (Oktober 2019) mengalami kenaikian 1,9% dan Y-o-Y (Januari-Oktober 2019) naik 0,26%. Sementara itu, harga batu bara m-to-m naik 4,5%, YoY turun 36,61%.
Volume ekspor CPO naik tipis dari 23.852.070 pada Januari-Oktober 2018 menjadi 23.852.729 pada Januari-Oktober 2019. Pada periode yang sama, volume ekspor batu bara naik dari 283.204.068 ton menjadi 311.302.235 ton.
Di sisi lain, nilai ekspor CPO anjlok dari USD 15,04 miliar pada Januari-Oktober 2018 menjadi USD 12,30 miliar pada Januari-Oktober 2019. Adapun nilai ekspor batu bara anjlok dari USD 17,19 miliar menjadi USD 15,85 dalam periode yang sama.