Home Gaya Hidup Kain Tenun Kluwung Gendong, Nasibmu Kini

Kain Tenun Kluwung Gendong, Nasibmu Kini

Purbalingga, Gatra.com – Kerajinan kain tenun Kluwung Gendong telah dimulai puluhan tahun silam, sejak Indonesia belum merdeka. Pada masa kolonial Belanda dan zaman penjajahan Jepang merupakan puncak kejayaan kain tenun khas Desa Tajug Karangmoncol, Purbalingga ini.

Awal mula proses produksi dan penentuan harga terjadi pada zaman Jepang. Melihat masyarakat masih menggunakan pakaian terbuat dari karung goni, warga desa Tajug kemudian mencetuskan pembuatan kain tenun kluwung sebagai baju.

“Produksi tenun Kluwung ini juga untuk garmen, dimana masyarakat di luaran masih menggunakan kain dari karung goni yang lebih kasar dan gatal di badan. Warga Tajug sudah pake kain tenun kluwung, lebih halus dari goni,” tutur Kepala Desa Tajug, Kuswoyo. 

Namun kini, kejayaan kain tenun Kluwung telah berlalu. Bahkan, kondisinya terancam lantaran perajinnya hanya tersisa 10 orang. Enam perajin masih aktif dan rutin menenun. Sedangkan lainnya hanya memproduksi ketika ada pesanan. Kuswoyo mengatakan, jumlah produksi maupun pemasaran sudah menurun mengikuti perkembangan zaman dan teknologi.

“Biasanya untuk pasaran tertinggi adalah wilayah Bumiayu dan kain Kluwung tidak lagi untuk pakaian atau baju, tetapi sebagai alat untuk menggendong,” ucapnya.

Oleh karena itu, Pemerintahan Desa Tajug berupaya melestarikan kerajinan pembuatan kain tenun Kluwung Gendong ini dengan mengumpulkan anak-anak dan generasi muda dalam sebuah kelompok. Mereka akan dilatih membuat kain tenun Kluwung agar tradisi ini terus berlanjut. 

“Sosialisasi adanya pelatihan sudah dilakukan pemerintah desa. Namun terhambat oleh kelangkaan bahan baku berupa kapas dan lamanya pekerjaan pembuatan kain tenun,” jelasnya.

Proses pembuatan kain tenun ini memang lumayan rumit. Lama pembuatan kain tenun kluwung sekitar dua hari, dimulai dari bahan baku berupa kapas untuk dibuat benang atau disebut proses kantih.

“Setelah jadi benang langkah selanjutnya berupa pewarnaan, baru bisa ditenun,” ujarnya.

Kuswoyo berharap para perajin kain tenun kluwung ini mendapatkan bantuan permodalan untuk mengganti dengan bahan baku yang lebih halus. Dengan harapan, harga jualnya akan lebih tinggi.

“Harganya sekarang sekitar Rp100 ribu,” ujar Kuswoyo.

1003