Siak, Gatra.com - Kota Siak Sri Indrapura (ibukota Kabupaten Siak) mendadak heboh Kamis (14/11) sore. Ini setelah sejumlah perempuan datang dan mengaku ahli waris Sultan Siak.
Pantauan Gatra.com, dua wanita paruh baya yang mengaku ahli waris tadi sempat mengelilingi Istana Asserayah Hasyimiah atau Istana Siak itu.
Mereka masuk dari samping Istana. Sebab kebetulan, di samping Istana sedang dilakukan pemugaran peraduan atau rumah singgah Sultan.
Tapi setelah diamati, para perempuan tadi masuk dari samping justru lantaran pintu bangunan megah yang dibangun pada tahun 1889 itu tergembok.
Tidak hanya pintu masuk, pagar utama masuk ke istana itupun di gembok dan dijaga oleh petugas Dinas Pariwisata Siak.
Tidak biasanya komplek Istana Matahari Timur itu ditutup, apalagi pada hari biasa.
Kepada Gatra.com, salah seorang perempuan bernama Tengku Syarifah Nadira mengaku kalau kedatangannya dan keluarga ke Siak justru sesuai jadwal yang diberikan Asisten III Sekdakab Siak, Jamaluddin.
Jamal menyuruh mereka datang ke Siak untuk membicarakan terkait surat wasiat yang dipegang Syarifah. Surat wasiat itu sebagai bukti bahwa Syarifah merupakan ahli waris yang memiliki silsilah keluarga dengan Sultan Syarif Hasyim.
"Kemarin malam kami berempat datang dari Pekanbaru. Kami tinggal sekeluarga di Pekanbaru. Lalu di sini kami menginap di Istana Peraduan Siak. Padahal waktu saya telepon Pak Jamal, dia setuju kami menginap di Istana. Eh saat kami mau masuk, istana malah digembok," katanya.
Syarifah menyebut, kedatangannya ke Siak juga ingin menjumpai Bupati Siak Alfedri, mereka mau mempertanyakan nasib mereka sebagai ahli waris.
"Dulu disuruh kami buat pernyataan dan kronologi silsilah keluarga dengan Sultan, kami sudah buat. Bahkan surat ahli waris asli sudah kita punya. Tapi tidak juga ada tanggapan dari pemerintah daerah. Rapat yang dijadwalkan hari ini pun dibatalkan," katanya.
Syarifah mengaku kecewa dengan cara Jamal membatalkan rapat. Jamal kata dia hanya mengirim pesan Wahtsapp kepada anak Syarifah memberitahu kalau pertemuan dibatalkan.
"Dia WA anak saya batal jumpa. Alasannya bupati dinas luar. Padahal kemarin dia sampaikan ke saya, kalau pertemuan besok tak ada bupati tak masalah. Sama Sekda saja, sebab bahasa Sekda merupakan bahasa bupati. Tapi hari ini lain pula ceritanya. Mereka benar-benar tak menghormati kami," katanya.
"Dari dulu kami dibuat kayak gini. Janji ke janji saja. Tak pernah ditepati. Dulu alasanya surat wasiat yang kami miliki duplikat, jadi tak diakui dan mereka minta cari yang asli baru bisa jumpa. Sekarang kami sudah punya yang asli, mereka tidak mau jumpa juga," rutuknya.
Syarifah menyebut, dari dulu, ahli waris Sultan Siak memang tak pernah dianggap sama sekali oleh pemerintah daerah. Sudah berpuluh-puluh tahun mereka dikesampingkan, dianggap tak ada.
"Kalau jadi pemimpin itu harus amanah. Kalau tak bisa jalankan amanah jangan jadi pemimpin. Nenek moyang kami Sultan di sini, tapi kami seperti orang asing di Siak ni," Syarifah nampak kesal.
Kadis Pariwisata Kabupaten Siak, Fauzi Azni tak mau menanggapi soal kenapa Istana Siak digembok. Fauzi malah menyuruh menghubungi Kabid Destinasi Wisata Dinas Pariwisata Siak, Ari Darmawan.
"Saya di luar daerah. Semua persoalan itu saya serahkan kepada Pak Ari. Hubungi saja dia," pintanya.
Hanya saja, hingga berita ini dirilis, nomor handphone Ari justru tak bisa dihubungi. Pesan singkat pun tak kunjung berbalas.
Reporter: Sahril Ramadana