Jakarta, Gatra.com - Banyak dokter yang memberi antibiotik kepada pasien yang menderita batuk, pilek, dan radang tenggorokan. “Padahal penyebab tiga jenis penyakit ini bukanlah bakteri yang harus dibasmi dengan antibiotik,” ujar Purnamawati Sujud, dokter anak yang juga pendiri Yayasan Orang Tua Peduli yang menggelar acara tersebut.
Ia mengatakannya dalam jumpa pers yang digelar di FX Sudirman, Jakarta Selatan (14/11). Batuk dan pilek disebabkan oleh virus, sedangkan radang tenggorokan merupakan manfestasi dari pertahanan tubuh terhadap kuman penyakit yang datang.
Jika itu berlanjut dan dibiarkan - apalagi antibiotik yang diminum tidak dihabiskan – maka bakteri yang terdapat di dalam tubuh dan menjadi sasaran antibiotik, menjadi resisten. Apabila si pasien menderita penyakit akibat bakteri tersebut, maka bakteri itu tak akan mempan diserang antibiotik. Ini karena bakteri telah bermutasi.
“Untuk membasmi perlu antibiotik yang lebih kuat lagi,” imbuh Purnamawati, dalam acara yang menyambut Pekan Kesadaran Penggunaan Antibiotik Sedunia yang jatuh pada 18-24 November mendatang..
Resistensi antibiotik atau resistensi anti mikroba (AMR) telah menjadi keprihatinan banyak orang. Tanpa pengendalian global, AMR bakal menjadi pembunuh nomor 1 di dunia, dengan angka kematian 10 juta jiwa.
Pada saat ini setiap tahun, lebih kurang terdapat 25.000 nyawa melayang akibat AMR. Sedangkan di Amerika Serikat berjumlah 23.000 orang, Thailand (38.000 orang) dan India (58.000 bayi.
“Kita semua perlu bertindak mengendalikan penggunaan antibiotik di semua sektor agar tidak kehilangan akses terhadap antibiotik, dimana penyakit atau infeksi bakteri tidak lagi bisa ditangani,” tutur Purnamawati.