Denpasar, Gatra.com- Bisnis terkait kakao di Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang cukup serius. Karena produksi biji kakao terbatas untuk memenuhi kebutuhan pabrik pengolahan kakao yang saat ini baru mencapai 55% dari kapasitas industri terpasang.
Hal ini menjadi dasar pemikiran dan upaya bersama guna melakukan review terhadap seluruh bagian didalam rantai suplai dari kebun ke Pabrik dan dari Pabrik ke pembeli. Baik di dalam negeri maupun di luar negeri, yang saat ini dirasa terjadi diskoneksi sehingga menyulitkan menentukan strategi dan kerangka kerja bersama antara kebun dan Industri, itu disampaikan, Ketua Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO), Arie Nauvel Iskandar di Denpasar,Rabu,(13/11).
"Permintaan Kakao cenderung dari dalam, jika dilihat dari kapasitas terpasang pabrik misalnya, pabrik hanya mampu memproduksi 800 ribu ton per tahun. Sedangkan jika dilihat total jumlah pabrik di Indonesia hanya mampu menyerap 55% dari kapasitas tersebut, itupun sudah termasuk plus import," jelasnya.
Dia menambahkan, dengan mengurai permasalahan bisnis kakao secara holistik, tentu diharapkan bisa ditemukan gap yang ada. Serta kebijakan apa yang dibutuhkan dalam upaya meningkatkan produifitas biji maupun meningkatkan nilai tambah Industri Kakao tersebut.
Reporter: Anak Agung.Gede Agung