Jakarta, Gatra.com - Bank Indonesia (BI) mengembangkan keuangan basis syariah dengan memobilisasi zakat dan wakaf sebagai sumber pembiayaan sosial bagi ekonomi produktif.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebut, langkah itu selaras dengan amanat dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang ingin Indonesia menjadi pusat keuangan syariah dunia.
Perry menerangkan, selama dua tahun terakhir, BI sudah melakukan pengelolaan zakat dan wakaf secara internasional. Pemerintah harus menghadirkan sistem yang memudahkan pembayaran zakat.
"Dalam dua tahun terakhir, ada core principal pengelolaan zakat sama wakaf yang sudah diadopsi secara internasional. Itu perlu kita implementasikan secara mudah dan cepat. Anda enggak perlu bawa uang untuk zakat. Di manapun, cukup tunjukkan QR di HP (lalu zakat terbayar)," kata Perry selepas pembukaan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Rabu (13/11).
Untuk memobilisasi wakaf, Perry menerangkan ada cara yang diterapkan BI, yakni wakaf tunai. Wakaf tersebut bisa menggunakan surat berharga atau obligasi syariah yang disebut sukuk.
Perry menambahkan, dari jenis wakaf itu, masyarakat bisa memakai skema sukuk link wakaf. Sukuk link wakaf merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk memproduktifkan tanah wakaf. Emiten maupun nadzhir, bisa bekerja sama untuk menerbitkan sukuk yang bertujuan memproduktifkan aset wakaf.
Dari cara tersebut, Perry meyakini target wakaf Rp50 miliar bisa segara dicapai. Nantinya, hasil wakaf itu akan digunakan sebagai dana operasional pengembangan tanah wakaf di beberapa jenis bangunan.
"Banyak tanah dan bangunan itu (akan dikelola) oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI) untuk jadi produktif. Misal ada tanah, bisa dibangun untuk kegiatan sosial madrasah atau Rumah Sakit. Tapi dalan komplek itu bisa bangun tower gedung, apartemen, nanti dibeli lantainya (oleh investor)," jelasnya.
Hasil sewa itu, lanjut Perry, diproyeksikan mencapai Rp2000 triliun atau Rp2 kuadriliun. Itu disebabkan, banyak tanah dan gedung yang belum produktif.