Jakarta, Gatra.com - Dalam rangka memberdayakan ekonomi syariah, Bank Indonesia (BI) mengembangkan mata rantai ekosistem halal. Ekosistem itu terdiri dari sejumlah pesantren, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) serta industri.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebut pihaknya menggandeng 250 pesantren untuk melakukan pengembangan ekonomi syariah. Dari pesantren yang terlibat itu, rencananya BI akan membentuk holding usaha pesantren yang dikolaborasikan dengan sejumlah pelaku bisnis.
"Kami juga tidak hanya mengembangkan masalah produksinya, tetapi ada pertanian, pengolahan limbah, sampai berbagai kegiatan di UMKM. [Selain itu] juga mengembangkan marketplace untuk pemasaran bersama produk dari pesantren," kata Perry selepas pembukaan acara "Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF)" di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Rabu (13/11).
Sementara itu, untuk UMKM, Perry mengklaim pihaknya sudah membina 898 UMKM. Jenis UMKM yang dikembangkan BI berasal dari bidang kerajinan, fesyen, dan kain tradisional.
"Kalau dilihat, setiap tahun kami mengadakan karya kreatif Indonesia di mana kami hubungkan UMKM kami dengan desainer fesyen umum dan desainer pakaian Muslim. Mereka desainer dari Indonesia," paparnya.
Perry menambahkan, untuk fesyen, BI juga mendirikan asosiasi industri fesyen dan fesyen center untuk mengembangkan usaha fesyen. Terakhir, untuk industri, BI mengembangkan beberapa industri yang bergerak di bidang makanan, pertanian, fesyen, dan wisata.
"Jadi, matarantai ekonomi halal itu dari ekonomi kerakyatan, pesantren, UMKM, kemudian ke industri. Jadi tadi kalau ditanya dampaknya terhadap ekonomi? Lihat mata rantainya. Kalau mengukur jumlahnya, belum ada metodologi yang secara persis mengukur sel ekonomi, bukan keuangan," tandasnya.