Bantul, Gatra.com - Seniman serba bisa Djaduk Ferianto meninggal dunia di usia 55 tahun. Kabar duka ini dikabarkan pertama kali oleh kakak Djaduk, seniman Butet Kertaradjasa, di salah satu grup Whatsapp seniman dan wartawan di Yogyakarta, Rabu (13/11) dini hari. Djaduk disebut berpulang Rabu dini hari, pukul 02.30.
Butet kemudian mengunggah tulisan 'Sumangga Gusti' berlatar hitam di akun Instagramnya, @masbutet, dengan teks "RIP. Djaduk Ferianto". Ungkapan dalam bahasa Jawa itu bermakna keikhlasan atas kepergian sang adik.
Jenazah Djaduk disemayamkan di pusat seni Padepokan Seni Bagong Kussudiardja dan dimakamkan di pemakaman keluarga Sembungan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, jam 15.00 Rabu ini.
Djaduk dikenal sebagai musisi kontemporer. Ia menggabungkan instrumen tradisional gamelan dengan musik modern melalui kelompok musiknya Kua Etnika dan grup keroncong Sinten Remen. Ia juga menggagas sejumlah pentas jazz yang membumi, terutama Ngayogjazz, konser jazz di desa-desa di DIY secara gratis.
Berpulangnya Djaduk hanya berselang tiga hari sebelum Ngayogjazz 2019 digelar pada Sabtu (16/11) di Dusun Kwagon, Sidorejo, Godean, Sleman, DIY. Di ajang bertajuk 'Satu Nusa, Satu Jazz-nya' ini, Djaduk dan Kua Etnika dijadwalkan tampil mengiringi penyanyi Didi Kempot dan Soimah.
Pada Selasa malam, ia disebut masih menyiapkan konser yang telah dihelat sejak 2007 ini. "Mohon dimaafkan segala kesalahan almarhum semasa hidupnya dan mohon doanya supaya beliau diberi tempat terbaik di sisi-Nya," tulis akun Twitter Ngayogjazz, @ngayogjazz, Rabu pagi. Di media sosial, ucapan duka untuk Djaduk terus mengalir.
Selain musik, Djaduk juga menggemari fotografi. Akhir tahun lalu, putra seniman tari Bagong Kussudiardja ini menggelar pameran tunggal 'Meretas Bunyi' untuk karya foto-fotonya. Seniman dengan pendidikan formal seni rupa ini juga pernah menjadi aktor dan sutradara teater.
Pemilik nama lengkap RM. Gregorius Djaduk Ferianto ini diketahui memiliki riwayat sakit jantung. Sugeng tindak, Mas Djaduk.