Jakarta, Gatra.com – Rektor Perbanas Institute, Hermanto Siregar pesimis target Bank Indonesia (BI) yang mewajibkan seluruh penyedia jada layanan pembayaran non tunai menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) pada tanggal 1 Januari 2020 akan tercapai.
“Sebagian. Jadi belum sepunuhnya tercapai. Mungkin BI bisa tercapai dua pertiga, 60-70% saja sudah bagus,” ujarnya ketika dihubungi oleh Gatra.com pada Selasa (12/11). Hermanto menilai Indonesia paling cepat untuk siap menerapkan QRIS secara keseluruhan dalam waktu dua tahun atau tahun 2021 dengan catatan kondisi perekonomian sedang baik.
Menurutnya, Bank BUKU (Bank Berdasarkan Kegiatan Usaha) 3 dan 4 sudah siap dalam melaksanakan QRIS. Adapun Bank Buku 1 dan 2 masih membutuhkan waktu untuk mempersiapkan diri. Sementara itu, platform e-commerce sudah relative siap karena sudah beradaptasi. “Melakukan itu saya rasa tidak sulit ya tinggal mereka mau melakukan atau nggak,” ujarnya.
Lanjutnya, diperlukan dua hal bagi lembaga keuangan untuk mempersiapkan diri menghadapi target BI tersebut. “Satu, infrastruktur yang dimiliki terkait sistem dia (Teknologi Informasi). Dua, sumber daya manusia itu sendiri. Kalau itu dilakukan, tentu membutuhkan investasi ya, baik investasi dalam sistem tadi maupun sumber daya manusia,” tuturnya.
Hermanto menilai penggunaan QRIS akan mempermudah transaksi dan mengurangi kesalahan pada sistem. “Dengan menggunakan itu transaksi lebih efisien tinggal membacakan QR codenya masing masing secara cepat, sehingga kecepatan perputaran uang semakin tinggi,” ungkapnya.
Kemudian, Ia menyarankan BI untuk giat melakukan sosialisasi agar masyarakat semakin terbiasa untuk bertransaksi menggunakan QR Code. Menurutnya, sosialisasi paling efektif dilakukan di institusi pendidikan seperti kampus dan sekolah.