Karangasem, Gatra.com - Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) melalui Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) yang terdiri atas Dosen Filsafat FIB UI, Dr. LG Saraswati Putri dan Dosen Arkeologi FIB UI, Dr. Ali Akbar, S.S., M.Hum berkolaborasi dengan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI (DRPM UI) serta Masyarakat Adat Geriana Kauh meresmikan Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha di Desa Adat Geriana Kauh, Karangasem, Bali, hari ini.
Pendirian museum tersebut didasarkan atas semangat tim Pengmas FIB UI yang didukung sepenuhnya atas antuasias masyarakat untuk mencegah punahnya tradisi ritual tarian panen di wilayah Bali.
"Diharapkan, pendirian museum berbasis komunitas ini dapat menjadi wadah dokumentasi serta pelestarian Tari Sang Hyang Dedari, lontar, dan kebudayaan lain bagi masyarakat setempat maupun turis lokal dan mancanegara," ujar Saraswati saat ditemui pada pembukaan museum di Karangasem, Selasa (12/11).
Baca Juga: Sendra Tari Babad Tanalum Resmi Diluncurkan
Museum dengan luas bangunan berkisar 100 meter persegi itu berdiri di tengah Desa Adat Geriana Kauh yang asri, hijau, dan sarat akan budaya. Desa setempat dikenal sebagai desa dengan sawah padi organik yang memiliki daya tarik wisatawan.
"Museum tersebut akan menjadi pusat dokumentasi Tari Sang Hyang Dedari baik itu foto, tulisan, maupun tayangan audio visual. Ada pula lontar berisi nyanyian Tari Sang Hyang Dedari," tambahnya.
Proyek museum telah dimulai pada 30 Oktober 2016. Bangunan fisik museum telah tuntas diselesaikan pada akhir November 2018. Pengerjaan museum sempat terhenti akibat diterpa bencana meletusnya Gunung Agung pada September 2017.
Namun, bangunan tetap berdiri kokoh dan penataan interior serta diorama yang menampilkan Tarian Sang Hyang Dedari dan kebudayaan lainnya tetap dilanjutkan.