Banyumas, Gatra.com - Larva lalat kerap dianggap serangga kotor dan membawa penyakit, tapi ternyata memiliki sisi positif. Di Banyumas, Jawa Tengah, budidaya magot (larva lalat) dimanfaatkan untuk mengolah sampah organik.
Direktur PD Pasar Satria, Soelarso mengatakan unit bisnis pengolahan sampah (UBPL) PD Pasar Satria memulai budidaya magot untuk mengatasi sampah organik yang dihasilkan di Pasar Cilongok dan Karanglewas. Volume sampah dari dua pasar tersebut per hari mencapai 500 kg, dan sekitar 70 persen atau sekitar 350 Kg adalah sampah organik.
"Senin (11/11) kemarin, merupakan hari pertama panen di unit bisnis pengolahan limbah di Pasar Cilongok. Sebetulnya kami sudah mulai membangun Green House budidaya magot mulai 17 September dan budidaya secara bertahap mulai 14 Oktober," katanya, Selasa (12/11).
Menurutnya, budidaya magot ini berdampak langsung untuk mengatasi problem sampah. Sebagai gambaran, satu ekor lalat betina bisa menghasilkan 500 butir telur, maksimal 900 butir. Sementara untuk mereduksi sampah organik seberat 1 Kg, hanya dibutuhkan 20 ekor lalat betina dan menghasilkan 10.000 larva.
Kemampuan larva tersebut juga sangat fantastis, sampah organik berupa sayuran, buah,dan lainnya bisa habis dalam kurun waktu 24 jam. Setelah 20 hari dibesarkan di puluhan bioponik, magot Black Soldier Fly (BSF) dipilah untuk disetorkan ke pengepul.
"Magot memakan segala yang bersifat organik, seperti sampah pasar, sampah dapur, sampah warung, ampas kedelai, dan lainnya, jadi budidaya magot juga sangat mudah dan tidak repot," terangnya.
Menurut dia, saat ini terdapat 53 bioponik yang disediakan untuk budidaya magot. Media tersebut dapat bertambah agar bisa memproduksi dalam jumlah yang lebih banyak.
"Saat ini yang utama, tim sudah bisa belajar, mulai dari pengelolaan, sampai panen, berikutnya tentu skala produksi bisa ditambah. Sampah pasar yang sebelumnya hanya dibuang percuma, saat ini bisa menghasilkan dan memberdayakan karena mampu menyerap tenaga kerja," tambahnya.
Pendamping budidaya magot, Muhammad Akbar mengemukakan, lalat jenis BSF relatif tidak berbahaya, berbeda dengan lalat hijau yang bisa membawa penyakit. Larva atau magot memiliki banyak manfaat dan fungsi. Selain dibuat pelet untuk pakan ternak, magot juga bisa dibuat menjadi probiotik untuk penyubur tumbuhan, serta bahan campuran kosmetik. Namun untuk kosmetik pangsa pasarnya ekspor.
Budidaya magot ini efektif untuk mengatasi problem sampah organik. Selain prosesnya yang mudah dan murah, hasil budidaya ini juga sudah ada yang siap menampung.
"Di Banyumas sendiri saat ini terdapat 15 pengkultur yang mengumpulkan magot dari produsen kecil. Setiap pengepul dalam sebulan, bisa menghasilkan sekitar 1 ton magot. Magot tersebut sebagian dikirim ke luar daerah dan sebagian dibuat probiotik dan pelet untuk pakan ternak," ujarnya.