Home Politik Haidar Sebut Indonesia Negara ke-7 Sasaran Radikalisme

Haidar Sebut Indonesia Negara ke-7 Sasaran Radikalisme

Jakarta, Gatra.com - Pegiat antiintoleransi, radikalisme, dan terorisme, Haidar Alwi, menyampaikan bahwa Indonesia masuk dalam salah satu dari 7 negara yang menjadi sasaran radikalisme bersama sejumlah negara di antaranya berada di Timur Tengah.

Haidar dalam diskusi bertajuk "Kupas Tuntas Gerakan Intoleransi, Radikalisme & Terorisme di Indonesia di Jakarta, Minggu (10/11), menyampaikan, informasi mengejutkan itu didapatnya dari sejumlah utusan berbagai negara dalam acara pertemuan internasional di Teheran, Iran.

"Wawancara saya di Teheran 23-25 November, yang paling bahaya adalah Indonesia. Jam 2 malam saya wawancara dari 190 negara. Saya tanya ke mereka, saya wawancara satu-satu. Utusan Timtim, Jerman, Australia, dan lain-lain juga ada," ungkapnya.

Haidar kemudian menanyakan kepada perwakilan dari berbagai negara tersebut, apa pesan untuk Indonesia. Menurutnya, pesannya sama, hanya narasinya berbeda. Intinya meminta Haidar untuk menyampaikan kepada bangsa Indonesia.

"Pak Haidar, kasih tahu Indonesia kami di sini yang hadir cinta Indonesia bukan karena Indonesia penduduknya mayoritas Islam. Cinta sama Jokowi karena satu-satunya presiden yang berani bubarkan HTI. Mereka [utusan berbagai negara] tahu jaringan dan caranya mereka [HTI]," katanya menirukan pesan utusan dari sejumlah negara.

Lebih jauh Haidar mengungkapkan, sesuai keterangan mereka, bahwa Indonesia merupakan negara ketujuh atau terakhir setelah negara-negara di kawasan Timur Tengah (Timteng) yang mengalami kehancuran melalui berbagai cara, seperti Irak, Suriah, dan seterusnya.

"Kenapa Indonesia, saya tanya. Karena Indonesia itu terlalu seksi untuk didiamin saja. Negara lain yang sumber daya alamnya alakadarnya mereka pikirin, masuk dengan alasan tertentu. Indonesia kaya akan sumber daya mineral," kata Haidar.

Pria yang sempat mengeyam pendidikan di ITB di jurusan elektro membenarkan bahwa Indonesia mempunyai kekayaan alam melimpah?, khususya energi. Ketika maju sebagai calon wakil gubernur Sumsel mendampingi Marzukie Ali, Haidar mengaku sempat mengalkulasi energi di Sumsel.

"Saya itung, saking kayanya Sumsel itu penyuplai untuk listrik 87% untuk kebutuhan listrik Jawa dan Madura. Saya hitung kekayaan Sumsel 82% terdiri dari batubara dan gas. Kalau dikonfersi jadi energi listrik, Indonesia bisa listriki 1572 tahun. Ini baru batubara, belum gas dan lain-lain," ungkapnya.

Haidar melanjutkan, bukan hanya Sumsel, ada juga Maluku mempunyai sumber energi luar bisa. Misalnya Blok Masela yang nilai tendernya mencapai Rp267 triliun. Jika blok tersebut dieksplorasi dan hasilnya menjadi minyak, maka Indonesia tidak harus impor minyak.

"Kemudian saya dapat info, bahwa ada penemuan baru dari profesor di Jepang dan Korea, ke depan bahwa ada penemuan baru powerbank. Ada power bank untuk kebutuhan rumah rata-rata 20 ribu watt untuk mencukupi itu di-charge 2 hari bisa penuhi 20 ribu watt selama 5 hari," katanya.

Anehnya, lanjut Haidar, power bank itu bahan bakunya Nikel. "Nikelnya tidak bisa negara lain, harus dari Indonesia, dari Halmahera kalau enggak salah," katanya.

Karena itu, bangsa Indonesia yang sayang akan-cucu, dan seterusnya harus menyadari bahwa ancaman radikalisme itu sudah di depan mata. Bahkan, sejumlah ulama yang didatangi Haidar, juga menyampaikan hal yang sama bahwa Indonesia merupakan target terakhir dari radikalisme internasional.

"Caranya jelas. Saya tanya kan Indonesia itu ramah, tidak sadistis. Tapi ISIS pernah ada lomba sadis-sadisan eksekusi orang. Ternyata, yang paling sadis itu 1, 2, 3 dari Indonesia. Cek saja di YouTube. Yang ketiga itu dari Philipin. Orang Sulut yang hijrah ke Marawi. Marawi itu testcase. Rangking 1, 2, 3 itu dari kita," ujarnya.

Karena itu, jika ada pihak termasuk pengamat yang menyampaikan bahwa Indonesia tidak akan seperti negara yang hancur serta penyampaian isu radikalisme hingga terorisme hanya mengalihkan isu, upaya ini mirip yang terjadi di beberapa negara yang alami kehancuran.

"Kita ini 21-22 Mei itu nyaris terjadi. Ada 6 orang yang ditembak meninggal. Rencananya itu yang akan 'digoreng', ada tentara dan polisi masuk masjid tanpa membuka sepatu. Bahwa era Jokowi sadis, itu yang akan 'digoreng'. Kata saudara yang di situ [dekat masjid], itu pake seragam tapi bukan tentara dan polisi, tapi itu bukan aparat. Itu yang akan digoreng," ujarnya.

Menurutnya, jika pemerinah Indonesia tidak hati-hati dalam menangani aksi 22-23 Mei, maka semua akan bablas."Jika Jakarta meletus, daerah bergerak dan tidak bisa dihentikan. Alhamdulillah Allah sayang sama kita sehingga itu tidak terjadi," ujarnya.

815