Richmond, Gatra.com - Sebuah studi menemukan metode prediksi kematian jangka pendek. Penelitian ini membuktikan, data aktivitas fisik lebih akurat dibandingkan faktor risiko lainnya seperti merokok dan riwayat medis.
Penelitian baru menunjukkan, tingkat aktivitas fisik diduga dapat menganalisis umur daripada gaya hidup dan aspek lainnya. Selain itu, mampu menebak secara akurat risiko kematian seseorang.
Biasanya, dokter memperkirakan batas usia seseorang berdasarkan pilihan gaya hidup, seperti merokok, konsumsi alkohol, dan faktor kesehatan lainnya yakni penyakit kanker atau riwayat penyakit jantung. Namun, temuan baru yang diterbitkan dalam The Journal of Gerontology: Medical Sciences tersebut menunjukkan, pelacak aktivitas dapat lebih tepat dalam memprediksi.
Dilansir Medical News Today, Sabtu (9/11), kumpulan data penelitian tersebut berasal dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional (NHANES) yang dilakukan pada 2003-2004 dan 2005-2006. Sampelnya melibatkan hampir 3.000 orang dewasa di AS antara usia 50 dan 84. Penelitian ini memeriksa lebih dari 30 prediktor kematian selama lima tahun akibat berbagai sebab, menggunakan metode survei, catatan medis, dan hasil tes laboratorium.
Aktivitas fisik terdiri dari 20 prediktor ini, termasuk sejumlah aktivitas mulai dari melakukan aktivitas fisik ringan dan berat. Untuk mengukur aktivitas tersebut, 51% peserta di antaranya laki-laki diminta untuk memakai pelacak aktivitas yang dapat dikenakan di pinggul mereka selama tujuh hari berturut-turut.
Mereka hanya diberitahu untuk melepas perangkat saat mandi, berenang, atau tidur. Tim peneliti dapat menggunakan data untuk mengkategorikan faktor mana yang paling baik memprediksi risiko kematian dalam lima tahun ke depan. Namun, mereka tidak dapat memberi tahu kapan orang sedang tidur atau apakah mereka telah menghapus pelacak karena alasan lain.
"Ini merupakan temuan yang paling mengejutkan. Ringkasan sederhana dari ukuran aktivitas fisik yang berasal dari akselerometer yang dikenakan di pinggul selama seminggu. Hal ini mengungguli faktor risiko kematian yang sudah ada seperti usia, kanker, diabetes, dan merokok," kata penulis utama dan asisten profesor biostatistik di Virginia Commonwealth University, VA.
Alat pelacak ini dapat menetapkan risiko kematian sebesar 30%. Angka ini lebih baik daripada informasi terkait merokok. Sedangkan 40% lebih akurat daripada menggunakan data yang melibatkan stroke atau riwayat kanker.
Secara khusus, pelacak itu memeriksa jumlah aktivitas fisik yang dilakukan seseorang antara siang hari hingga pukul dua malam. Terbukti, ini menjadi indikator risiko kematian yang lebih baik daripada faktor risiko yang lebih mapan yakni konsumsi alkohol dan diabetes.