New York, Gatra.com - Saham internet Cina, utang perumahan, dan penyewaan pesawat Boeing 737 MAX tidak dapat diprediksi pada tahun mendatang. Hal ini disampaikan oleh pembicara KTT Global Investment Outlook 2020 di New York minggu ini.
Beragam jenis pasar saham AS memiliki sedikit ruang untuk melewati rekor tertinggi beberapa hari ini. Federal Reserve tampaknya siap menghentikan pemangkasan suku bunga ramah-ekuitas. Benchmark S&P 500 naik hampir 24% sejak awal tahun, sebuah performa yang lebih besar daripada indeks ekuitas pasar maju lainnya.
Meskipun begitu, investor tampak menghindar dari spekulasi pasar dengan alasan investor lebih memilih aset yang terspesialisasi. Harapannya, menemukan nilai ketika pertumbuhan ekonomi global melambat.
"Saat ini kita berada dalam periode kenaikan yang panjang. Anda melihat, kondisi pasar di posisi tertinggi dalam sejarah. Ini bukan saat ketika eksposur ke pasar akan menghasilkan kelebihan pengembalian," kata investor ekuritas swasta, Glenn Hutchins, seperti dilansir Reuters.
Richard Bernstein, yang juga kepala eksekutif Richard Bernstein Advisors LLC dan mantan kepala strategi investasi Merrill Lynch & Co, mengatakan bahwa Ekuitas Cina kemungkinan akan menjadi kejutan positif di tahun depan karena stimulus moneter dan fiskal negara itu. Sementara itu, laba perusahaan AS bisa jatuh ke dalam resesi karena meningkatnya biaya dan efek berkurang dari pemotongan pajak perusahaan 2017.
"Cina akan melakukan jauh lebih baik daripada yang dipikirkan orang," katanya.
Namun menurut Hutchins, saham Cina secara keseluruhan tergolong murah. Perusahaan teknologi yang fokus pada pasar domestik tampak menjadi salah satu pasar yang paling menarik.
"Perusahaan internet Cina adalah tempat yang sangat baik untuk berinvestasi dari perspektif pertumbuhan," katanya.
"Di Amerika Serikat, utang terkait perumahan kemungkinan akan mengungguli pasar luas lebih dari satu dekade setelah penurunan real estate. Hal ini membantu memicu krisis keuangan 2008-2009," ucap Kepala Investasi Pimco, Dan Ivascyn yang memiliki aset manajemen sebesar $1,9 triliun.
"Area yang paling banyak menyebabkan kerusakan paling terakhir adalah area yang kita lihat paling bernilai hari ini," katanya.