Jakarta, Gatra.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pertumbuhan industri bahan galian nonlogam, yang diharapkan bisa meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri sehingga berdampak pada perekonomian nasional.
Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil Kemenperin, Muhammad Khayam mengatakan, Industri refraktori yang termasuk industri bahan galian nonlogam, merupakan industri padat modal yang membutuhkan bahan baku dari sumberdaya alam. Sayangnya, industri ini masih memiliki nilai impor yang cukup tinggi.
"Impor industri refraktori saat ini masih mencapai 120 ribu ton per tahun," katanya di Jakarta, Jumat (8/11).
Khayam mengatakan kebutuhan nasional terhadap produk refraktori mencapai 150 ribu hingga 200 ribu ton per tahun. Padahal, hanya sekitar 50 ribu ton per tahun saja yang bisa dipasok industri dalam negeri.
Untuk itu, lanjutnya kebijakan pengembangan sektor industri pengolahan difokuskan pada penguatan rantai pasok dalam menjamin ketersediaan bahan baku dan energi yang berkesinambungan dan terjangkau. Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
"Dalam menghadapi tantangan akibat dari perdagangan bebas, serta mencapai target pertumbuhan ekonomi, pemerintah terus berupaya mendorong berkembangnya sektor industri yang berdaya saing tinggi dengan menciptakan iklim usaha yang atraktif," tuturnya.
Terlebih, lanjutnya, Indonesia memiliki bahan galian nonlogam yang cukup besar. Bahan galian nonlogam ini perlu diolah secara optimal sebagai modal dasar pembangunan industri nasional.
"Pada triwulan III tahun 2019, konstribusi industri bahan galian nonlogam terhadap industri pengolahan sebesar 2,98%, dengan ekspor sebesar $1039,83 juta dan perkembangan nilai investasi industri bahan galian nonlogam sebesar Rp6,49 triliun," katanya.