Magelang, Gatra.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menginginkan agar penyuluh KB memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung pekerjaan di lapangan.
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo menyebut kemajuan teknologi saat ini menuntut pelayanan “always on”. Dengan bantuan perangkat teknologi informasi, penyuluh KB dapat bekerja dimanapun dan kapanpun.
Ia menyebutkan di Jawa Tengah saat ini terdapat sekitar 1.805 penyuluh KB dengan wilayah binaan 8.559 desa/kelurahan. Rata-rata satu penyuluh KB membina 4-5 desa. “Namun ada juga yang harus membina sampai 15 desa,” kata Hasto di Magelang, Jumat (8/11).
Pasca pengalihan status penyuluh KB menjadi aparatur sipil negara (ASN) per 1 Januari 2018, Hasto meminta penyuluh agar bekerja lebih fokus dan efektif. “Menyandang status ASN itu berati kita menjadi pelayan masyarakat. Jangan semangat bekerja karena uang, tapi untuk melayani masyarakat.”
Terkait batasan minimum usia nikah, para penyuluh dan kader KB harus mampu memberikan wawasan yang sederhana namun logis terkait pendewasaaan usia nikah. Sehingga tercipta kesadaran pribadi untuk mewujudkan keluarga yang sehat dan berkualitas.
Sebanyak 319 penyuluh KB se-Keresidenan Kedu mendapatkan pembinaan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat. Pembinaan bertujuan meningkatkan kinerja penyuluh KB di lapangan.
Wali Kota Magelang, Sigit Widyonindito mengapresiasi kegiatan tersebut agar jajaran penyuluh KB terus meningkatkan kinerjanya. Sehingga pengendalian jumlah penduduk lebih efektif untuk menyongsong “Indonesia Emas 2045”.
“Sumber daya manusia harus dipersiapkan, bonus demografi harus mantap. Di Kota Magelang selama ini sudah baik, walaupun tidak boleh lena harus selalu dikontrol jangan sampai pertumbuhan (penduduk) tidak terkendali,” ujar Sigit.
Menurut Sigit, peran petugas lapangan sangat menentukan keberhasilan program kependudukan keluarga berencana dan pembangunan keluarga (KKBPK). Partisipasi aktif masyarakat dan ketepatan program juga penting mendukung kesuksesan KB.
Tantangan lainnya yang dihadapi penyuluh KB adalah bagaimana menjelaskan persoalan membatasi jumlah anak dan bahaya pernikahan dini dengan menggunakan alur dan logika yang mudah dipahami milenial.
Penjelasan soal bahaya menikah muda menurutnya akan masuk akal jika menggunakan alasan kesehatan reproduksi. Bahwa kehamilan pada perempuan yang belum dewasa berpotensi menyebabkan infeksi rahim.