Palembang, Gatra.com – Harga jual karet di Sumatera Selatan yang masih rendah berpengaruh pada perolehan pendapatan petani. Dinas Perkebunan Sumsel mengenalkan tanaman porang sebagai tanaman sela bagi petani karet guna meningkatkan pendapatannya.
Kepala Dinas Perkebunan Sumsel, Fahrurozi mengatakan harga karet Sumsel masih stabil namun posisi stabilnya masih pada harga yang rendah. Kondisi ini mengharuskan petani karet agar melakukan berbagai langkah guna memenuhi kebutuhan dalam budidaya termasuk kebutuhan sehari-hari. Karena itu, dikenalkan tanaman sela yang bisa ditanam pada kebun karet rakyat di Sumsel.
“Komoditas karet di Sumsel sebagian besar dimiliki masyarakat (rakyat), upaya peningkatan kualitas karet terus dilakukan, akan tetapi penurunan komoditas karet juga dipengaruhi oleh pengaruh pasar (global),” ujarnya pada FGD hilirisasi karet yang diselenggarakan di Palembang, Kamis (7/11).
Karena itu, sebagai salah satu alternatif yang perlu dilakukan yakni dengan memaksimalkan pendapatan petani, diantaranya mengenalkan tanaman porang sebagai salah satu tanaman sela yang bisa dibudidayakan di Sumsel. “Dalam FGD yang dilaksanakan ini juga dikenalkan tanaman sela, yakni tanaman porang. Tanaman ini bisa ditanam di sela-sela tanaman karet di kebun, yang saat ini pasarnya sudah ekspor,” terangnya dalam sambutan.
Tanaman porang ialah jenis tanaman yang diolah menjadi komoditas ekspor ke Cina dan Vietnam. Dengan kebuhan pasar ekspor ini, petani karet di Sumsel diharapkan bisa menjadi bagian dari petani porang. Upaya pengenalan tanaman porang guna meningkatkan pendapatan petani karet ditargetkan akan dilaksanakan di beberapa kabupaten sentra penghasil karet di Sumsel, seperti di Banyuasin, Ogan Ilir dan Lubuk Linggau.
Dalam sambutannya, Staf Ahli bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Setda Pemprov Sumsel, Yohanes mengatakan permasalahan karet di Sumsel cukup kompleks, mulai dari penetapan harga komoditas dipengaruhi oleh pasar Singapura, kualitas karet yang dihasilkan petani masih belum maksimal, tanaman yang dimiliki sudah berusia tua, hingga pengaruh kondisi infrastuktur jalan yang mempengaruhi ongkos angkutnya.
“Permasalahan komoditas karet ini membutuhkan solusi nyata, sehingga permasalahan yang sudah lama membebani petani bisa semakin dikurangi. Dinas Perkebunan juga sudah melakukan berbagai upaya, sehingga FGD yang dilaksanakan ini hendaknya bisa lebih bermanfaat bagi petani,” ujarnya.