Home Ekonomi Ekraf Potensial, Indonesia Masih Kalah Dibanding Negara Lain

Ekraf Potensial, Indonesia Masih Kalah Dibanding Negara Lain

Jakarta, Gatra.com - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P. Roeslani membandingkan posisi ekonomi kreatif dalam perekonomian Indonesia dengan posisi ekonomi kreatif di negara lainnya. Menurut dia, saat ini sejumlah negara seperti Cina, Korea Selatan, dan Malaysia telah menjadikan ekonomi kreatif sebagai motor utama penggerak perekonomian.

"Banyak negara di dunia menjadikan ekonomi kreatif sebagai prioritas utama," kata dia saat ditemui di acara Rakornas Kadin, di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (7/11).

Di Cina misalnya, ekonomi kreatif dijadikan sebagai alat ketahanan nasional untuk mengurangi infiltrasi budaya asing ke negara mereka. Caranya adalah dengan mewajibkan penayangan animasi dan sinetron lokal di seluruh stasiun televisi nasional.

Baca Juga: Sumbang Rp1.000 T ke PDB, Ekraf Harus Lebih Diperhatikan

Hal serupa juga dilakukan oleh Korea Selatan. Di Negeri Ginseng itu, pemerintahnya memajukan budaya K-Pop, yang kemudian oleh perusahaan lokal seperti Samsung dan Hyundai dimanfaatkan dalam pemasarannya ke luar negeri.

Lain lagi dengan Malaysia dan Arab Saudi. Kedua negara itu sama-sama memosisikan ekonomi kreatif mereka sebagai produk komersial yang utama.

"Di Malaysia, animasi bisa dimanfaatkan dalam budaya dan produk dagang Malaysia. Sementara Arab Saudi yang merupakan negara pengekspor minyak, mulai memikirkan untuk meningkatkan potensi ekonomi kreatifnya," tutur dia.

Baca Juga: Menko Darmin: Kontribusi Ekonomi Kreatif Terus Meningkat

Karenanya, dengan melihat contoh-contoh dari beberapa negara maju yang memosisikan ekonomi kreatif sebagai prioritas ekonomi, Rosan pun meminta kepada pemerintah untuk dapat menjadikan ekonomi kreatif sebagai penggerak utama perekonomian Indonesia. Itu lantaran potensi ekonomi Indonesia yang masih sangat besar.

"Beberapa alasan yang mendasarinya adalah karena ekonomi kreatif memberikan kontribusi ekonomi, seperti peningkatan lapangan pekerjaan, peningkatan ekspor, kontribusi terhadap produk domestik bruto, dan dapat membangun identitas bangsa yang bisa dibanggakan. Termasuk menjadi ikon budaya yang mencakup warisan budaya dan nilai lokal," pungkas Rosan.
 

 

940